Hai malam. Tersapu semburat kelam. Saat rasa terpilin lelah. Pun raga siap direbah. Tetiba dia menyapa dari sudut jendela cinta. Sejak bila asaku tertambat jiwa jiwa nan setia pada sudut masa.
Meski waktu menjadi tumpu usia. Ruang tunggu kerap diramu walau berhias jelaga. Untaian sajak santun temani pena jiwa. Terukir di setiap jejak rasa. Merajut asa di titian masa. Namun tetap setia pada ikatan senja.
Apakah Kau tau? Alam kerap menjebakku. Sekeping rasa bergelayut pada ranting rindu. Saat sapa terbalas kata. Cerita teruntai pada ceruk masa. Kau titip salam lewat gugus semesta.
Meski senyum terajut cahaya nirmakna. Namun gurat senja seakan siratkan selaksa makna cinta. Aku dan Kau sejenak terbalut senja di batas kota.
Kuarungi kisah di samudera asa. Terpatri pada satu janji setia. Gelar lembar cerita, larungkan rasa, tambat pada dermaga cinta. Terlukis gores nan sederhana. Terbingkai dalam satu wajah istimewa.
Kau kembali menyapaku. Sibak tirai bilik masa lalu. Tetiba cahaya mengurai riak masa. Selaksa makna terhampar pada bayang senja. Di ujung rasa kian menyapa ranting jiwa. Saat terjaga, punguti butiran cinta. Hingga temukan sebening hati tanpa noda. Saat senja di batas kota. Kan tetap percaya pada satu jalan bahagia.
Niek~
Jogjakarta, 22 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H