Kala itu...
Saat kuluruhkan rindu
Akan hadir-Nya dalam ingatku
Sejuta pesona yang tak ternilai rasa
Sepucuk cinta dari balik cahaya-Nya
Menuai beribu asa tak terukur masa
Kuikuti larik larik kata
Kucoba temui jejak jejak rasa
Rasa yang kian membawa diri pada pesona-Nya
Adakah yang menyangka buaian alam begitu menyejukkan raga?
Meski kelam beranjak datang
Pun malam semakin menyingkirkan petang
Namun guratan tajam
Sungguh mengisyaratkan
Jikalau pesona tak kan pernah hilang
Rinduku kian menyeruak
Kusibak ruang hampa dari bibir senja
Kutelusuri langkah menuju satu kisah
Kisah dimana kuletakkan lentera hati
Tak kupungkiri
Meski aku terlahir sebagai anak pinggiran
Namun aku tak merasa tersingkirkan
Lihatlah...
Senyumnya begitu merekah
Indah...
Mengikis kegalauan diri
Akan cinta-Nya yang begitu suci
Kala mentari mulai redupkan sunyi
Mega pun berarak menyambut mimpi
Begitulah langkahku kerap terhenti
Saat mata terus menghalau jelaga
Dan aku pun masih saja menanti
Senja di tepian kota
Begitu nyata
Terbendung pada butiran asa
Kupeluk pada seuntai cita
Walau aku hanyalah seorang anak desa
Niek~
Jogjakarta, 16 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H