Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuncup yang Tertutup

3 Juli 2019   11:08 Diperbarui: 3 Juli 2019   11:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : outerbloom.com

Kuterdiam saat mataku tak lepas dari pandangan. Kuncup itu rupanya semakin indah. Merekah. Tersenyum ramah sembari berkata. Aku bahagia.

Mereka menikmati alunan irama alam. Tenggelam pada rasa yang begitu dalam. Hingga pergantian musim pun tak dirasai. Meski cobaan kerap merajai. Rasa syukurlah yang setia mengiringi langkah. Pun derap yang seolah tak boleh kalah.

Ketika pada saatnya tiba. Seluruh bagian kelopaknya pun terbuka. Perlahan lahan namun penuh kepastian. Kebebasan menyapa dengan bangga. Dan akhirnya sang kuncup pun bisa menghirup udara bebas tak terbatas hingga tuntas. Menikmati alam raya tanpa sekat yang merekat erat. Begitu bersemangat.

Semesta menyambut. Semilir angin pun bersambut. Ketika kuncup tak lagi tertutup. Seolah babak baru menjadi pemicu. Langkah menderu bagai mesin pemacu. Tak pudar meski cobaan terhampar.

Sebuah awal dan akhir yang begitu indah. Sang Penjaga Alam pun tersenyum ramah. Gemulai tarian angin menyibak hari nan cerah.

Tak mudah menjadikan mereka merekah. Tak bisa secepat apa yang dilihat. Jika kita perhatikan dengan cermat. Sesungguhnya sesuatu yang terlihat indah itu butuh waktu yang tak cepat. Memang bukan perkara ringan untuk mengurai keindahan dalam waktu tak sesaat. Namun hal itu sebagai tanda bukti bahwa Dia begitu hebat.

Rupanya, hati manusia pun sama. Tak secepat itu terbuka. Tak mudah menerima realita kehidupan dunia begitu saja. Ada kalanya masih dijumpa bagian yang tertutup bagai kuncup. Semua kan terasa indah jikalau kita bisa menikmati setiap bait mimpi tanpa tersembunyi rasa gundah. Meski sulit dan terkadang terasa pahit pun rumit. Percayalah semua kan berakhir indah dan menuai berkah.

Proseslah yang kerap mengeja. Setiap larik jiwa pun arah pandang mata. Yang tentu tertuju hanya pada-Nya. Maka kuncup yang tertutup pun pada akhirnya kan terbuka dengan sendirinya.
In syaa Allah.

Niek~
Jogjakarta, 3 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun