Audrey. Nama ini begitu menggema beberapa pekan belakangan. Di berbagai media bahkan perbincangan orang. Selalu terselip nama Audrey. Jujur awalnya aku tak begitu faham. Mengenai kabar beritanya yang begitu merebak. Namun setelah kucoba membaca pada salah satu media. Sontak mataku terjebak. Hati seakan koyak.
Perundungan. Sebuah hal yang begitu miris dalam benak pikiran. Seakan kembali menyeruak menjadi trend dikalangan mereka. Para usia yang beranjak remaja. Pun bahkan masih belia. Aku tak habis bertanya. Pada diriku berkaca. Ini salah siapa?
Jika sudah terjadi, rasanya tak bijak jikalau menyalahkan berbagai pihak. Yang terbaik adalah mencari solusi. Sebab korban harus segera ditangani. Dan pelaku pun harus diadili. Agar tak terjadi hal serupa juga kasus yang sama.
Ibu. Begitu miris hatiku. Karena aku pun seorang ibu. Meski ketiga anakku tak ada yang wanita. Namun aku adalah wanita. Sama seperti mereka. Bagaimana rasa hatinya? Juga kedua orang tuanya? Tentu aku bisa memahaminya.
Keadilan memang harus ditegakkan. Pun tak memandang usia. Hanya perlakuan yang tentu berbeda. Yang pasti agar mereka jera dan mengerti. Bahwa perundungan bukan sebuah kewajaran. Namun merupakan perusakan moral yang harus dihentikan.
Sungguh kabar ini begitu mengetuk hati setiap orang tua. Aku yakin mereka pasti memiliki pemikiran yang sama. "Jangan sampai terjadi pada anak-anak kita". Begitulah.
Lalu apakah dengan begitu kita akan diam? Atau bungkam? Aku harap jangan! Lindungilah anak-anak kita. Sebab zaman kian mengalami kemajuan. Pun mengancam pemikiran. Terutama anak-anak yang masih butuh pengawasan.
Bagaimana caranya? Aku memang bukan ahli pendidikan maupun psikologi anak. Namun dari sekian tahun aku menjalani profesiku sebagai seorang ibu. Kiranya aku masih saja terus berusaha untuk bisa belajar dari ketiga anakku yang kini mulai beranjak menapak laju kehidupan dunia.
Penat. Sungguh penat. Kadang aku pun tak kuat. Menghadapi perkembangan zaman yang semakin hebat. Harus bagaimana aku sebagai seorang ibu? Tentu dengan seiring waktu berjalan. Aku berusaha menata mereka perlahan. Tak jarang kuhadang cobaan. Yang pasti harapan tetap harus disematkan.
Agar mereka tak tersesat. Dan akhirnya terjebak. Pada realita kehidupan berbalut kemajuan zaman yang semakin kuat. Aku hanya bisa berusaha melakukan tindakan. Meski hanya sekedar hampir mendekati tepat. Tak mengapa. Yang terpenting adalah mencoba berusaha.