Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Salahkah Hujan Menyapa Dunia?

17 Maret 2019   19:42 Diperbarui: 17 Maret 2019   20:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com/_Alicja_

Sehari ini hujan seolah ingin bercerita pada kita. Tentang apa sebab ia tak henti menyapa. Rupanya ia sedang memberi pada yang butuh disapa.

Terkadang kita kerap kesal dibuatnya. Sebab acara terhenti atau dibatalkan begitu saja. Kerap hujan menjadi alasan. Lalu timbul kekecewaan. Kasihan, mengapa hujan selalu dipersalahkan?

Rupanya manusia tak mengetahui semua. Bahwasanya hujan punya amanah yang hendak disampaikan kepada dunia. Tak hanya kesejukkan semata. Namun juga kedamaian pada sesama.

Dunia ini sedang dilanda duka. Kiranya hujan ikut merasa. Air yang diturunkan-Nya seolah menjadi obat. Kedamaian hati pun berharap segera didapat. Sebab hanya air yang dapat memadamkan bara duka. Maka Dia menumpahkan ke dunia. Airlah yang bisa menatap. Apa yang menjadi harap.

Tetes hujan bak nyanyian penuh aroma kesegaran. Para pepohonan juga binatang menyambut riang. Mereka sungguh menikmati setiap alunan merdu titik air yang tersemai dibalik dedaunan.

Tetes yang begitu dingin. Ditambah sepoi angin. Menjadikan kesejukkan dunia semakin bergulir.

Hujan begitu memberi keistimewaan. Maka apakah layak ia dipersalahkan? Meski kerap hadir seharian, hingga tak terlihat semburat kebosanan. Dia punya alasan mengapa hadirkan hujan berkepanjangan.

Dunia ini masih berduka. Salahkah hujan hadir tuk sekedar menyiram luka? Agar tak meradang. Hingga kesejukkan pun datang.

Sehari ini hujan begitu gencar. Seolah tak memberi jeda waktu pada yang lain tuk bersandar. Rasanya ingin kunikmati hawa luar barang sebentar. Kenapa tidak? Keluarlah. Jangan jadikan hujan merasa bersalah. Ia tak menghalangi kita. Kita saja yang merasa terhalangi olehnya.

Ah hujan. Setiap titik yang diturunkan mengandung makna kejujuran. Tetesannya memberi arti pada kehidupan. Bukan hujan tak suka terhenti barang sejenak. Lalu memberi kesempatan wajah cerah berlalu lewat. Keseimbangan alamlah yang lebih butuh banyak.

Kita manusia kerap terlupa. Jikalau hidup tak hanya sebatangkara. Begitu banyak makhluk dimuka dunia. Bila tak hujan apalah jadinya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun