Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lukisan Kata, Senjata Para Pemburu Berita hingga Getarkan Sang Penguasa

3 Februari 2019   12:30 Diperbarui: 3 Februari 2019   13:05 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/MichaelGaida

Kata seolah menjadi sahabat setia para pemburu berita. Yang mampu menuang rasa, menaruh simpati, hingga terlarut dalam pesan nyata. Kata yang tertuang dari jemari, menari di atas larik yang tersemai indah. Bagai lukisan yang tertoreh dalam kanvas lalu bisa dinikmati laiknya memandang sebuah lukisan kertas. Ketika terangkai dengan hangat, hati pun jadi bersemangat. Bahagia menulis bagai melukis kata. Indah.

Ketika bersahabat dengan ragam kata penuh makna. Seolah dunia hanya sebatas selembar daun saja. Menulis memang hal yang terlihat sederhana. Hanya sekedar menuang beberapa kata hingga terangkai kalimat biasa. Namun jika menulis dengan hati, lalu mencoba tuk resapi. Maka ragam kata pun tersulap menjadi susunan yang begitu rapi hingga tak bosan tuk dinikmati.

Begitulah yang kerap dilakukan para pemburu berita, pejuang literasi yang tanpa lelah menghiasi setiap sudut ruang media. Hasil tulisan yang diunggah sungguh jelas terasa nyawanya. Bagai menikmati sebuah pemandangan yang indah bila dipandang, sejuk jika dirasakan.

Aku tak sedang berlebihan, namun benar adanya demikian, itulah kelebihan karya para pejuang literasi. Mereka begitu lihai dalam memperlakukan kata dengan teliti. Meracik hingga menuang bagai melukis di atas kanvas. Merupakan hal yang luar biasa ketika bisa menikmati tulisan mereka. Karya yang begitu nyata dan mampu menarik simpati rakyat biasa.

Memang benar adanya, ketika aku mencoba mengikuti jejaknya dengan menulis beberapa larik. Hingga hatiku tertarik. Tuk lanjutkan lagi dan lagi. Seolah jariku bagai memegang kanvas lalu kulukis kata dengan berbagai nafas.

Kuhembuskan pula makna yang tersirat dan tersurat. Kuamati dari berbagai ruang dan sudut pandang. Kuikuti kata hati, berjalan hingga berlari. Berbagi dengan sesama melalui tulisan bermakna itu sungguh istimewa. Istimewa untuk diri pribadi yang kagum dengan indahnya membagi. Hingga orang lain pun dapat merasakan kebahagiaan pula dengan apa yang kita bagi. Hati pun terasa lega hingga tak dapat terungkap dengan kata yang nyata.

Tulisan merupakan sebuah media. Media tuk mengait hati sesama dengan seksama. Merangkai silaturahmi tanpa noda. Dan menumbuhkan emoji yang dapat mempererat ikatan jiwa. Ah indahnya dunia literasi jika diliputi hati hati yang ingin selalu berbagi. Berbagi motivasi, inspirasi, hingga aspirasi.

Lukisan kata kiranya mampu memberi pencerahan terhadap apa yang belum tercerahkan. Tarian pena pun bisa memberi bisikan kegaguman maupun kekecewaan hati terhadap sang penguasa negeri. Tulisan merupakan sumber inspirasi hingga penyaluran aspirasi. Negeri ini pun bergetar. Dan sang penguasa gemetar. Seolah tak sanggup jika teruskan apa yang tak layak diteruskan.

Kekuatan tulisan sungguh menghentakkan pikiran. Tak perlu datang ke istana kerajaan. Cukup lewat tulisan, kiranya sang penguasa sudah terkesan dengan apa yang menjadi pesan. Seharusnya demikian.

Harapan yang selalu tersemat. Semoga beragam lukisan kata tak jadi sebuah debat. Atau emosi sesaat. Dan semoga apa yang menjadi keindahan kata, bisa diterima oleh sang penguasa dengan lapang dada. Tanpa sesak yang menyiksa raga. Hingga luruh dalam nada kehidupan yang nyata adanya tak ada cela yang berarti. Sampai tercapainya sebuah kehidupan yang hakiki.

Kekuatan lukisan kata memang perlu dilestarikan keberadaannya. Menjamurnya para pejuang literasi bukan tanpa tujuan yang tak pasti. Mereka bersuara dengan ikatan jiwa yang mulia. Kiranya sang penguasa kan lebih bijaksana. Dalam menyikapi kondisi dengan semestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun