Tak ada yang bisa mendahului takdir. Itu jelas. Tuntunan agama saya, Islam,mensyaratkan dengan lugas pula, keharusan beriman kepada Qada dan Qadar. Dalam bahasa umum, beriman kepada adanya suratan takdir, kurang lebih. Sedangkan Qada dan Qadar itu sendiri sudah se-paket, dan di-imani satu paket, sebagai rukun iman ke 6 bagi umat Islam.
Semua yang terjadi kemudian, adalah merupakan Keputusan, kehendak, ketetapan dari Allah. Memang tak dapat menjamin, baik hidup mati, sakit, rejeki, jodoh, musibah. Semua yang ada hanya bisa kita perkirakan, dan kita antisipasi dengan melakukan sesuatu saat ini.
Menabung, juga merupakan hal antisipatif dan juga bernilai simpanan untuk dimanfaatkan dimasa depan ketika dibutuhkan.
Kata Benjamin Franklin, tak ada yang pasti di dunia ini kecuali pajak dan mati. Hal ini jelas terkait masalah keuangan (bayar pajak) dan masalah antisipasi musibah (kematian contohnya). Pun kita sepakat, walaupun mati itu pasti, namun kapan kita mati tak ada yang tahu.
Bagian dari ketetapan Allah itu sendiri, dan tak bisa kita ubah barang satu detikpun atau satu pengganti pun. "…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”[Al-Ahzab/33 :38]
Untuk itu, mengamankan masa depan bagi kita adalah yang krusial. Mulai dari perencanaan pendidikan anak, pensiun, hingga cita-cita ke bertamu ke rumah Allah. Sepakat?
Inilah mengapa artikel ini membahas tentang keuangan syariah. Ini soal keuangan, dan ini soal syariah sebagai landasan pengelolaan keuangan itu. Bukan soal membandingkan, tapi soal sama bagusnya, lengkapnya, modernya. Persamaan yang kita cari, bukan perbedaan.
Nilai tambah, adalah keunggulan, bukan perbedaan. Ini yang membuat mengapa kita harus ber-keuangan syariah!
Pendekatan Syariah Bukan Perdebatan Syariah
Syariah, juga ketentuan yang wajib diikuti. Bukan menakut-nakuti, dan tak hendak memberikan plang nama “Halal” dengan imbal “Surga” sedangkan perbankan sebelah berarti kebalikannya. Soal pendekatan, kalau saya bilang. Bukan hanya soal hitam-putih nya hidup di dunia. Untuk itu, Halal pula-lah perbankan memiliki produk syariah.
Konteks syariah adalah konteks “berkah” yang “aman”. Dengan demikian, hidup akan tenang. Untuk itulah, gaung perbankan Syariah atau iB Syariah yang beberapa bulan ini sangat gencar, dimaknai sebagai semangat untuk kita semua berkah dan tenang dalam jalani kehidupan.