Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tambang Buyat: Ayam dan Telor di Ufuk Utara

4 April 2015   12:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14281236211509142278

Mendapatkan pengalaman ke daerah tambang yang dikelola Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Nusa Tenggara Barat dan pasca tambang di Desa Ratatotok dan Desa Buyat, Sulawesi Utara oleh Newmont Minahasa Raya (NMR) merupakan hal yang baru bagi saya.

Saya bukan aktivis lingkungan, praktisi tambang maupun mahasiswa geologi, pertambangan dan terkait. Hanya mahasiswa program perdesaaan dan teknologi pemerintahan. Nyambung dikit ke ilmu ekonomi mungkin. Jadi gairah ke dua lokasi ini sangat ditentukan tentang taraf hidup masyarakat dan menerima sudut pandang paling dasar, yaitu melihat dengan mata kepala sendiri. Kemudian berbagi info.

Iseng menelusur di google dengan menulis "tambang buyat" ternyata di halaman pertama ada berita-berita menarik seputar Buyat.

Pertama, tentu ultimately, dari wikipedia mengenai teluk buyat.  Saya kaitkan dengan Newmont, hmm, memang ngga ada bahwa Newmont mencemarkan Teluk Buyat.  Proses kasus persidangan sampai selesai ada di wikipedia tersebut, dan berakhir dengan tidak adanya pencemaran seperti yang dituduhkan.

Baris kedua, ada Cumi Lebay yang ngomongin Wisata Tambang. Wah, memang ekspertise beliau tuh. Jalan jalan dan wisata. Dan wisata tambang salah satu yang menarik, dan lokasi yang baik salah satunya tentu di bekas area tambang Newmont yang sekarang sudah direklamasi dan sudah menjadi tempat yang potensi eko-wisata nya tinggi.

Tiga tulisan lain dari saya semua hehe. Dua dari kompasiana yaitu ini dan ini, satu lagi dari google plus yang me-link mengenai "kegalauan" saya untuk mengkonfirmasi tambang itu seperti apa. Apa ada pencemaran dari Newmont atau tidak. Bagaimana rakyat disana.

Dua link berita lain di halaman pertama adalah yang "negatif". Satu dari Mongabay, satu lagi dari Indosiar.  Yang berita Indosiar menampilkan limbah berbahaya cemari teluk buyat. Untungnya, kaidah jurnalisme masih ada di konten berita. Ditulis bahwa Newmont malah memberikan info bahwa indikasi masyrakat yang mencemari melalui aktivitas ilegal. Seperti kita ketahui, Newmont Minahasa Raya memang tak terbukti bersalah.

Yang Mongabay menarik nih. Tentang protes warga terhadap tambang Buyat. Eitt, jangan asumsikan Newmont karena selain Newmont ternyata tidak bersalah dalam hal pencemaran yang lalu, juga sudah tak beroperasi lagi.  Ini adalah protes warga kepada PT Boltim Primanus Resources (BPR). Yang katanya merusak lingkungan. Walaupun hantaman melalui Ijin tak mempan karena BPR mempunyai ijin. Malah bos BPR yaitu Jackson Kumaat akan melaporkan balik para penggugat karena memeras. Dia merasa ada iri hati juga perihal pekerjaan.

So, bukan soal Newmont hehe. Nah, mengapa menarik, karena dulu, hembusan isunya selalu masalah asing. Masalah nasionalisme dan kesejahteraan. Padahal dua hal yang sebenarnya asimetrik untuk disamakan. Faktanya, Newmont melaksanakan kewajiban tambang mulai pembukaan, aktivitas, hingga penutupan pasca tambang yang "clean" dan bersahabat. Ini diakui oleh pemerintah setempat.

Misalnya community development yang dilaksanakan hingga saat ini. Padahal sepuluh tahun sudah berlalu sejak ditutup. Pengalaman di NNT di Nusa Tenggara Barat saya dapatkan juga mengenai kedisplinan di segala hal.Intinya, kalau dipikir-pikir, yang rentan untuk merusak justru ya perusahaan lokal. Karena tak diawasi secara internasional. Tak jarang punya manajemen yang kurang mantab. Disiplin yang kurang, serta benih-benih ide koruptif pun bisa sering muncul ketimbang dari perusahaan asing  (baca : Newmont). Merusak lingkungan bisa saja terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun