Mohon tunggu...
Andi Bunga Tongeng
Andi Bunga Tongeng Mohon Tunggu... lainnya -

Relawan Anak Lemina, Fasilitator Kelembagaan SulSel WASH-UNICEF, Relawan Kelas Inspirasi dan Penyala Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan di Kapal Kalabia Raja Ampat

23 November 2015   05:48 Diperbarui: 23 November 2015   07:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lusiana tak berhenti memamerkan senyum lebarnya. Dia bercerita tentang protes keras seorang bapak di Raja Ampat, karena Penyu yang dikurungnya untuk persiapan disantap, dicuri oleh seorang anak. Protes yang berujung pelaporan ke petugas itu, akhirnya dimenangkan oleh sang anak, yang beralasan bahwa ia melepas penyu tersebut ke laut, karena Penyu adalah hewan yang dilindungi. Anak itu adalah salah seorang dari sekian banyak anak-anak yang belajar di Kapal Kalabia. 

Ya, Lusiana adalah seorang pengajar di Kapal Kalabia. Hari itu, saya berkenalan dengannya dan rekan mengajarnya, Marina. Namun kedua perempuan ini, bukan saya temui di atas kapal Kalabia, melainkan di panggung Festival Kawasan Timur Indonesia pada 18 November 2015 yang lalu di Makassar. Sebuah festival yang diselenggarakan sebagai wadah berbagi informasi praktik cerdas yang ada di KTI.

[caption caption="Marina sedang berbagi tentang Kapal Kalabia di Festival Kawasan Timur Indonesia"][/caption]Setiap harinya mereka berdua bekerja di atas kapal tersebut, untuk mengajari anak-anak yang duduk di kelas 4 hingga kelas 6 Sekolah Dasar. Kapal Kalabia hadir di Raja Ampat sejak tahun 2008, dengan tujuan memberikan edukasi konservasi laut sejak dini, kepada anak-anak. Alam laut mereka yang masih alami, yang kini menjadi tujuan wisata terkenal di Indonesia, wajib untuk mereka jaga kelestariannya.

Dalam sebulan, kedua perempuan muda ini menghabiskan 20 harinya di Kapal Kalabia. Mereka bisa mengunjungi 5-7 kampung dalam sebulan. Waktu kerja mereka dimulai pukul 07.00 pagi, hingga malam. Biasanya, malam hari mereka menonton film bersama masyarakat kampung. Marina menjelaskan bahwa untuk setiap kampung, mereka mengagendakan 3 hari belajar bersama.

Kapal Kalabia telah menjadi sekolah sekaligus perpustakaan bagi anak-anak dan masyarakat Raja Ampat. Ada Marina dan Lusiana beserta semua teman-teman mereka, yang saat ini berjuang untuk menjaga laut dan biota di dalamnya. Untuk memastikan, kelak siapapun yang berkunjung dan kapanpun berkunjung, tetap akan menemukan keindahan alam Raja Ampat yang sama seperti saat ini.

[caption caption="Lusiana dan Marina"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun