Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Orang Yahudi Dibantai

30 Maret 2010   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 1973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 66 SM warga Israel di Yudea memberontak terhadap pemerintahan Roma. Pemberontakan dipicu oleh kekecewaan warga Yahudi terhadap Gubernur Yudea yang korup. Belakangan perlawanan berkobar menjadi pemberontakan terhebat dan kemudian pembantaian massal terbesar yang pernah terjadi di kolong imperium Roma. Pada 2006 BBC mengedarkan film semi-dokumenter mengenai pemberontakan Yahudi tersebut. Film ini menjadi bagian serial film semi dokumenter Ancient Rome: The Rise and Fall of An Empire. Dari enam film yang disusun, bagian ini didaku (claimed) sebagai yang paling akurat oleh BBC. Naskah film ini diangkat dari catatan pemberontakan yang ditulis oleh sejarawan Roma bersama Josephus Ben Mattatiyahu. Josephus ialah salah seorang pemimpin pemberontakan Yahudi yang berhasil ditangkap hidup-hidup oleh pasukan Roma di bawah pimpinan Vespasian dan Titus.  Titus sangat mengagumi Josephus. Perhitungan Josephus pada kemampuan perang milisi Yahudi dan prediksi bakal naiknya Vespasian dan Titus sebagai kaisar Roma, sangat berani dan masuk akal. Alih-alih menyalib Josephus, Jenderal Titus mengangkat Josephus sebagai penasihat pribadi dan negosiator mewakili Roma. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, Josephus membantu Titus mendokumentasikan pemberontakan dalam arsip sejarah. Naskah-naskah inilah yang menjadi andalan film BBC ini episode “Rebellion”. Secara garis besar inilah kisah pemberontakan sebagaimana yang disampaikan oleh BBC. Warga Israel dilukiskan berdemonstrasi menuntut pengurangan pajak pada Mei 66 SM. Gubernur Yudea balik mengancam bakal mengambil uang yang disimpan oleh orang Israel apabila target pajak tak terpenuhi. Mereka berdemonstrasi karena uang pajak bukannya disetor ke pemerintah pusat, tapi dikorup. Beberapa hari kemudian Gubernur Yudea mengirim pasukan untuk mengambil “uang simpanan” orang Israel. Uang itu adalah zakat yang diserahkan ke Bait Allah di Yerusalem. Emosi warga Israel meluap menyaksikan perampokan tempat suci mereka. Regu pasukan yang membawa uang jarahan dilempari batu. Ketika gubernur Yudea mengirim 30.000 tentara untuk meredakan perlawanan di Yudea pada November 66 SM, pasukan yang datang dibantai habis di Beth Horron oleh milisi Israel. Pecah sudah perlawanan militer terbesar terhadap penjajahan Roma. Di bawah kepemimpinan Hanan Ben Hanan, para pemuda Israel menyiapkan diri terhadap kedatangan legiun-legiun bantuan Roma. Hanan, salah seorang dari kaum Farisi, menjadi pemimpin pemberontakan. Target Hanan terutama adalah bernegosiasi dengan Roma agar mengganti pemerintahan korup. Israel merdeka adalah bonus, bukan target. Hanan mengirim Josephus untuk memimpin milisi Israel di Jotapata, Galilea. Cemas pemberontakan ini akan mendorong wilayah lain untuk melakukan hal yang sama, Roma mengirim Jenderal Vespasian bersama seperempat kekuatan militer Romawi untuk memadamkan pemberontakan Israel di Yudea. Vespasian adalah jenderal Roma yang dibebaskan dari komando dan dibuang ke Yunani oleh Kaisar Nero lantaran tertidur pada acara kesenian di istana. Satu demi satu kota di Timur Tengah dikuasai kembali oleh Roma. Untuk menjatuhkan moral milisi Israel, Romawi menerapkan metode teror: pembantaian massal, bumi-hangus, perkosaan, dan menyeret perempuan dan anak-anak sebagai budak. Tapi derap pemadaman pemberontakan terhenti sejenak di Jopatan. Namun mereka mengalami perlawanan sengit di Jotapata. Selama 47 hari, milis Israel berhasil memukul mundur setiap serbuan Roma. Durasi perlawanan Jotapata persis sebagaimana disesumbarkan oleh Josephus. Pada hari ke-48 Titus memimpin sendiri serangan sekelompok pasukan berani-mati ke dalam benteng Jotapata dan berhasil membuka pintu gerbang. Pasukan Roma pun masuk bagai air-bah ke dalam benteng dan membunuh setiap orang yang ada di dalam. Josephus tertangkap namun tidak diperlakukan brutal berkat perintah Titus. Salah seorang perwira Roma adalah teman Josephus yang mengagumi kecerdasannya. Operasi militer Roma akhirnya mendesak milisi-milisi Israel ke Yerusalem. Salah satu milisi yang masuk ke Yerusalem dipimpin oleh Yohanan dari Giscala. Ia sangat radikal dan membangkang kepemimpinan Hanan, bahkan berani memakai Bait Allah sebagai kawasan perang. Hal ini sangat tabu bagiYahudi konservatif. Pecah beda-pendapat. Hanan takut milisi radikal ini merusak strateginya untuk bernegosiasi. Pada malam, ketika Hanan hendak mengutus duta untuk merundingkan perdamaian ke perkemahan Roma, Yohanan membunuh Hanan dan kalangan Farisi pendukungnya yang dianggap bersikap lunak terhadap Roma. Kini pemberontakan dipimpin oleh kalangan paling radikal di Yerusalem. Pada Juli 69 Vespasian benar-benar menjadi kaisar menyusul kejatuhan Nero dan perang saudara. Ia dianggap pemimpin terkuat dan paling berwibawa. Dengan demikian, ramalan Josephus pun terwujud. Namun bersamaan dengan penabalan Vespasian, Roma mendengar bahwa milis radikal kini menguasai Jerusalem. Jenderal Titus, yang kini memimpin pasukan Roma, menginginkan jalan damai. Ia meminta Josephus menghindari kehancuran Jerusalem dengan membujuk para pemberontak berdamai. Upaya damai gagal karena kedegilan Yohanan. Titus pun mulai melancarkan serangan ke kota paling suci bagi Israel. Dua lapis benteng terluar Yerusalem berhasil dijebol pasukan Romawi. Hanya karena kecerobohan milisi Israel, pasukan Roma berhasil meruntuhkan salah satu bagian dinding benteng setebal tiga meter. Dalam emosi yang meluap-luap, pasukan Roma memasuki Yerusalem dengan membabi-buta. Mereka membunuh setiap orang Israel yang mereka temui di dalam Yerusalem. Mayat lelaki-perempuan dan anak-anak sampai jompo bergelimpangan. Yerusalem benar-benar banjir darah secara harafiah. Yohanan dan sisa milisi Israel terdesak ke Bait Allah. Mereka melanggar tabu nenek-moyang dan agama mereka untuk tidak berperang di tempat ibadah. Titus mencoba menghormati tradisi Israel untuk tidak menjadikan Bait Allah gelanggang pembantaian. Namun Yohanan terus memprovokasi. Alhasil pasukan Roma mengamuk dan menyerbu ke dalam rumah ibadah terbesar Yahudi. Salah seorang tentara Roma melempar obor ke dalam bangunan dan mengenai gorden agung. Api menyulut gorden dan tempat tersuci bagi Israel pun terbakar dan mulai runtuh. Titus sudah mati-daya menahan pasukannya yang mengamuk. Hancur sudah salah satu situs yang justru ingin dipertahankan oleh Vespasian dan Titus. Pemberontakan Israel di Yudea akhirnya bisa dipadamkan. Para pemimpin yang tertangkap hidup-hidup, disalib dan dipenggal atau dijadikan budak. Tradisi kewiraan Roma--yang menghargai musuh yang berani--membuat Yohanan tidak disalib. Ia dipenjara seumur hidup. Ratusan ribu warga Israel tewas atau menjadi budak akibat pemberontakan ini. Praktis sejak itu bangsa Israel menjadi bangsa tanpa negara sampai Perang Dunia II berakhir. Titus sendiri pulang ke Roma dan menggantikan ayahnya sebagai kaisar. Ia tidak hanya menjadi kaisar pertama yang berasal dari rakyat biasa, melainkan juga membangun koloseum Vespasian dengan bermodalkan pampasan perang di Yudea, terutama dari Bait Allah. Apabila Anda pernah melihat film trilogi Lord of The Ring, maka bakal menemukan banyak teknik serangan infanteri yang serupa. Ambil contoh teknik kura-kura. Di sini satu unit pasukan menjebol tembok benteng Jotapata dengan berlindung di balik perisai. Adegan ini bisa ditemukan dalam pertempuran Lord of The Ring: The Two Tower. Pemakaian katapel sebagai altileri penjebol benteng juga muncul dalam serangan ke Jotapata dan di The Two Tower dan Return of The King. Pada seri Return of The King, Anda tentu melihat betapa berlapis-lapis benteng ibukota Gondor. Situasinya dilukiskan serupa dengan benteng Jerusalem dalam film ini. Sebagaimana Orcs, pasukan Roma juga memakai menara berisi para pemanah untuk mengatasi bibir benteng. Satu hal yang mungkin kurang berhasil disampaikan pada film ini adalah karakterisasi. Pemain terlalu dingin berperan dalam salah satu peperangan paling emosional dan brutal sepanjang sejarah manusia. Tapi yah, itulah kelemahan rata-rata film dokumenter. Beberapa sejarawan dan teolog biasanya juga mengaitkan pembantaian ini dengan nubuat Isa Almasih atau Yesus kepada orang Yahudi, di mana kelak batu-batu penyusun tembok Yerusalem akan diratakan. Percaya atau tidak, sampai sekarang rumah ibadah Israel belum bisa didirikan kembali kendati kehancurannya sudah lewat hampir 2.000 tahun.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun