Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Plastik telah Membatu

10 Juni 2014   01:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:28 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye bersih lingkungan biasanya menempatkan plastik sebagai sampah yang terurai dalam tempo seribu tahun. Dalam jurnal Geological Society of America  Today, edisi Juni 2014, beberapa geolog dari Kanada dan AS menyatakan bahwa ada sampah plastik yang sudah membatu bernama plastigomerat, dan bakal berumur juta atau bahkan milyar tahun. Lebih tragis lagi, justru mereka yang mencintai kegiatan di alam terbuka, ternyata ikut membidani kelahiran batu-plastik ini. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Plastiglomerat yang dilaporkan dalam Jurnal GSA Juni 2014 oleh Charles Moore."][/caption] Laporan itu berawal dari penemuan sejenis batu yang aneh oleh di pantai Kamilo, Hawai, oleh geolog Charles Moore. Batu itu terdiri atas lava beku, karang, dan plastik sekaligus. Semula Moore mengira plastik meleleh karena sengatan lava. Maklumlah, Hawai adalah kawasan yang aktif secara vulkanik. Akan tetapi belakangan ia mendapat kabar bahwa pantai itu belum pernah dilewati oleh lava sejak manusia menggunakan plastik. Moore bersama geolog Patricia Corcoran dan Kelly Jazvac dari University of Western Ontario, kemudian mencari tahu bagaimana batu-plastik ini lahir. Rupanya batu ini muncul akibat pembakaran sampah plastik seperti botol minuman bersoda, tas kresek, dan materi senyawa polimer sejenis. Lelehan plastik berperan sebagai lem yang kemudian ikut membatu. Pembakar plastik biasanya dilakukan oleh wisatawan alam-terbuka yang berkemah dan membakar sampah plastik pada akhir piknik. Pada penelitian lebih jauh, Moore dan rekan-rekannya mencari tahu apakah batu-plastik bisa terurai sebagaimana sampah plastik biasa, atau bertahan lama sebagaimana batu alami. Mereka menjawab pertanyaan itu berdasarkan kerapatan batu-plastik. Mereka mendapati plastigomerat serapat 1.7 sampai 2.8 g/cm3 , lebih pejal daripada plastik biasa (0.8 sampai 1.8 g/cm3). Oleh karena itu, mereka menduga batu-plastik mampu bertahan, kendati kelak timbul-tenggelam ke perut Bumi akibat proses tektonik berjuta-juta tahun ke depan. Mereka bertiga menduga bahwa apabila api-unggun kemping sudah cukup panas untuk membentuk plastigomerat, besar kemungkinan batu ini sudah tersebar di semua kawasan wisata alam terbuka dan kawasan gunungapi aktif yang ada sampah plastik di seluruh penjuru planet ini. Mereka menyarankan agar penemuan batu ini menjadi penanda era campurtangan manusia yang sudah keterlaluan di Bumi sampai-sampai bisa membentuk batu yang khas dari sisi geologis. Mereka menganjurkan era itu sebagai: Kala Antroposen, menutup Kala Holosen yang sudah dimulai 12.000 tahun yang silam. "Pada satu hari di masa depan, orang-orang bisa mendapati benda ini dan menggunakannya sebagai cakrawala untuk melihat bahwa di sekitar 2010, manusia telah mengotori planet ini dengan plastik," kata Corcoran. "Ini bukan lah warisan yang kita inginkan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun