Mohon tunggu...
Andik Lukman Hakim
Andik Lukman Hakim Mohon Tunggu... -

Cuber. Coffee Addict

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bedak dan Bumbu Penyedap Rasa

29 November 2010   16:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku seperti memakai bedak yang tebal sekali. Nyaris menyerupai topeng. Hingga saat kusentuh wajahku sendiri aku tak merasakan ada sentuhan di permukaannya. Wajahku yang asli sudah tak nampak lagi. Mati rasa.
Perlahan tapi pasti, topeng bedak itu memudar. Topeng itu menipis dengan sendirinya. Tapi masih dalam golongan tebal. Setidaknya lebih baik dari kemarin. Entah sampai kapan bedak itu menempel disana. Karena setiap kali aku mencoba mencongkelnya, setiap kali itu pula datang orang memperbaikinya. Tak ada yang membantuku melepasnya.
Kebohongan. Kepalsuan. Kepura-puraan.
Seperti menjadi bumbu penyedap rasa dalam masakanku. Bila aku menghilangkannya dari resepku, tak ada orang yang datang ke warungku. Mereka suka masakan itu. Dan aku hanya membuatkan masakan. Tanpa pernah merasakan rasanya. Aku tahu pasti, masakanku yang paling enak dan lezat bukan masakan itu. Masakan tanpa bumbu penyedap rasa. Meski tak enak menurut lidah mereka. Tapi aku suka itu.
Bedak itu. Bumbu penyedap rasa itu. Entah kapan aku bisa melupakan mereka. Hidup dengan wajahku sendiri dalam cermin. Hidup dalam lezatnya masakanku menurut lidahku.

Pangkalpinang, 8 April 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun