Mohon tunggu...
Unda
Unda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai Salah satu mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Revolusi Hijau dari Ember: Memberdayakan Desa Indonesia Melalui Pengelolaan Sampah Organik

21 November 2024   14:34 Diperbarui: 21 November 2024   14:37 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Sosialisasi Pembuatan Pupuk Kompos (sumber pribadi)

Di tengah krisis lingkungan yang semakin mendesak, sebuah solusi sederhana namun efektif muncul dari berbagai pelosok desa di Indonesia: pengelolaan sampah organik menggunakan komposter ember. Inisiatif ini bukan hanya tentang kebersihan lingkungan, tetapi juga tentang pemberdayaan masyarakat, inovasi ekonomi, dan pembangunan berkelanjutan. Sebagai generasi muda dan agen perubahan, kita perlu melihat fenomena ini sebagai peluang besar untuk berkontribusi pada transformasi positif di negeri kita.  Indonesia menghasilkan sekitar 68,7 juta ton sampah setiap tahun, dengan sampah organik mendominasi 41,27% dari total timbunan sampah dikutip dari laman (https://www.liputan6.com/hot/read/5704909/masalah-sampah-di-indonesia-belum-terkendali-hasilkan-69-juta-ton-setiap-tahun).  Angka yang mencengangkan ini menunjukkan urgensi untuk mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan. Di sinilah metode komposter ember menjadi game-changer.


Dikutip dari (https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7061/klhk-ajak-masyarakat-kelola-sampah-organik-jadi-kompos) komposter ember, dengan kesederhanaannya, menawarkan solusi yang brilian. Menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti ember bekas, bioaktivator EM4, dan sisa makanan rumah tangga, metode ini memungkinkan setiap keluarga untuk mengolah sampah organiknya sendiri. Proses pengomposan yang hanya membutuhkan waktu 7-12 hari ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga menghasilkan kompos berkualitas tinggi untuk pertanian lokal.

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, dengan hanya 61,62% sampah yang berhasil dikelola pada tahun 2023. Sampah organik, yang mendominasi 41,27% dari total timbunan, memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan. Metode komposter ember menawarkan solusi praktis dan terjangkau untuk mengubah "masalah" ini menjadi sumber daya berharga. Di Desa Kersagalih, Tasikmalaya, inisiatif pengomposan tidak hanya berhasil mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan sumber pendapatan baru bagi masyarakat melalui penjualan kompos kepada petani lokal. Komposter ember, dengan kesederhanaannya, menawarkan solusi yang brilian. Menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti ember bekas 20 liter dan bioaktivator EM4, metode ini memungkinkan proses pengomposan yang cepat (7-12 hari) dan efisien (https://kersagalih.desa.id/sampah-organik-menjadi-pupuk-kompos-solusi-ramah-lingkungan-di-desa-kersagalih/). Di Desa Sabah Balau, Lampung Selatan, program pengabdian masyarakat yang memperkenalkan metode ini telah membuka mata masyarakat tentang potensi ekonomi dari "sampah". Kompos yang dihasilkan tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani lokal.

Keberhasilan program pengelolaan sampah organik sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat. Program pelatihan dan edukasi, seperti yang dilakukan di Muhammadiyah Tirtonirmolo, telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengomposan, dengan tingkat keberhasilan mencapai 80% (https://fkm.unhas.ac.id/jenis-sampah-organik-dan-anorganik-serta-cara-pengelolaannya/). Pendekatan bottom-up yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program tidak hanya meningkatkan kesadaran lingkungan tetapi juga membangun rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama terhadap lingkungan mereka. 

Menurut kelompok kami kegiatan ini menjadi penting karena pengelolaan sampah organik melalui metode komposter ember tidak hanya menawarkan solusi praktis dan ekonomis untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat desa. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti ember bekas, bioaktivator EM4, dan sisa makanan rumah tangga, setiap keluarga dapat mengolah sampah organik mereka sendiri menjadi kompos berkualitas tinggi dalam waktu singkat 7-12 hari. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian lokal, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui penjualan kompos. Selain itu, kegiatan ini meningkatkan kesadaran lingkungan dan membangun rasa tanggung jawab bersama terhadap pelestarian lingkungan. Melalui pengalaman langsung kami di Desa Sabah Balau, Lampung Selatan, kami menyaksikan bagaimana inisiatif sederhana ini dapat menjadi katalis perubahan yang luar biasa, mengubah persepsi masyarakat tentang sampah dari masalah menjadi sumber daya berharga. Dengan demikian, inisiatif ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung pembangunan berkelanjutan, menjadikannya langkah penting dalam menulis ulang narasi pembangunan Indonesia yang lebih hijau, mandiri, dan berkelanjutan.

Revolusi hijau yang dimulai dari sebuah ember ini mungkin terlihat sederhana, namun ia mewakili sebuah visi besar tentang Indonesia yang lebih hijau, lebih mandiri, dan lebih sejahtera. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab dan kesempatan unik untuk mewujudkan visi ini. Mari kita renungkan: jika setiap desa di Indonesia mengadopsi metode komposter ember, berapa juta ton sampah yang bisa kita ubah menjadi sumber daya berharga? Berapa banyak lahan pertanian yang bisa kita suburkan? Dan yang terpenting, berapa banyak komunitas yang bisa kita berdayakan?Revolusi ini dimulai dari sebuah ember, tetapi dampaknya bisa menggema ke seluruh negeri. Sekarang, giliran kita untuk mengambil peran dan membuat perubahan nyata. Bersama, kita bisa mengubah sampah menjadi emas hijau, dan desa-desa kita menjadi model pembangunan berkelanjutan yang menginspirasi dunia. Bukankah sudah saatnya kita menulis ulang narasi pembangunan Indonesia, dimulai dari pelosok-pelosok desa yang sering terlupakan?

Dokumentasi Sosialisasi Pembuatan Pupuk Kompos (sumber pribadi)
Dokumentasi Sosialisasi Pembuatan Pupuk Kompos (sumber pribadi)
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun