Mohon tunggu...
Adit Aditya
Adit Aditya Mohon Tunggu... -

Direndam sampai lama pun kayu tidak akan berubah menjadi buaya. Ritual keagamaan dan perbuatan baik dapat membuat orang merasa benar atau tampak benar di mata orang lain, namun itu tidak menjadikan mereka benar di hadapan Tuhan (The Way of Righteousness)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagu Sedih yang Ceria

18 Juni 2012   16:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti banyak pembaca yang masih ingat lagu ini:

The changing of sunlight to moonlight

Reflections of my life

Oh, how they fill my eyes

The greetings of people in trouble

Reflections of my life

Oh, how they fill my eyes

* All my sorrows

Sad tomorrows

Take me back to my own home

All my crying

Feel I'm dying, dying

Take me back to my own home

I'm changing, arranging, I'm changing

I'm changing everything

Oh, everything around me

The world is a bad place, a bad place

A terrible place to live

Oh, but I don't wanna die

Lagu yang teramat jadulzzz ini adalah hits dunia di tahun 1969/1970. Temanku menyebutnya sebagai ‘lagu sedih yang ceria’. Bagaimana mungkin sebuah lagu sedih ceria? Tidak semua orang tentunya sepakat dengan temanku itu. Lagu ini memang melankolis dan liriknya bahkan suram banget. Bisa menjadi ‘obat kuat’ bagi orang yang sedang berpikir untuk mengakhiri hidupnya, bukan? Hehehe Harmonisasi vokal ala jaman itu serta musik berbau orkestra di latar belakang memang menonjolkan kesenduan lagu ini, namun permainan bass yang unik dan ketukan yang tidak ‘slow-slow’ amat memang agak tidak sesuai dengan pakem lagu melankolis dengan lirik semencekam ini, dan menjadikan lagu ini – menurutku – tidak ‘sesedih’ semestinya. Temanku pasti merujuk pada permainan bass dan drum yang memang agak keluar dari pakem lagu melankolis ini saat mengatakan ‘ceria’. Tentunya, lagu ini bukan satu-satunya lagu sedih yang ‘ceria’ karena banyak sekali lagu dengan lirik menyedihkan atau pahit dengan iringan musik ‘ceria’ (lagu-lagu berirama country misalnya).

Bagi mereka yang suka memainkan gitar, lagu yang dibumbui dengan backward guitar solo yang asyik namun sendu ini juga dapat dibilang unik karena chord yang digunakan dan tempo lagu ini tetap sama dari awal sampai akhir.

[caption id="" align="alignnone" width="521" caption="Sumber: http://3.bp.blogspot.com"][/caption] The Marmalade yang mencipta dan mempopulerkan lagu hits dunia ini berasal dari Skotlandia. Mungkin nama kelompok ini cukup asing di telinga banyak orang Indonesia. Skotlandia memang kalah pamor dengan Inggris dan Amerika Serikat sebagai asal band-band terkemuka dunia. Band yang meniti karir dari tingkat lokal dengan nama the Gaylords ini berganti nama menjadi the Marmalade di tahun 1966 dengan komposisi yang unik: mereka memiliki dua pemain bass! Satu dengan bass 4 senar dan satunya lagi dengan bass 6 senar. Aku tidak tahu apakah lagu ini menggunakan dua bass atau tidak karena telingaku lebih sebagai penikmat saja … hehe. Band ini baru menikmati sukses besar di tahun 1969 setelah menyanyikan lagu hits the Beatles ‘Ob-la-di, Ob-la-da’! Namun, sukses terbesar di tingkat internasional didapat lewat lagu sedih yang ceria ini, yang merupakan buatan ‘dalam negeri’, yaitu gitaris utama Junior Campbell dan vokalis Dean Ford.

Membaca liriknya mirip dengan cetusan hati anak muda yang mendapati dirinya berada di dunia yang tak menyenangkan, yang tidak memberikan harapan – jauh dari suasana rumah yang aman dan nyaman. Apakah komposer tidak cukup tegar untuk mengatasi masalah hidup atau sudah terlalu lelah dengan dunia yang kacau ini hanya mereka yang tahu.

Lagu inimengingatkanku akan sebuah ungkapan, yang pernah kubaca entah di mana, yang mengatakan ‘rumah (dan waktu) adalah obat terbaik untuk hati yang hancur’.

Walau berlirik amat pahit, lagu ini – aku yakin – akan mendatangkan kembali masa lalu yang indah bagi pembaca – yang cukup tuwir … wkwkwk

Yang mau melihat video musiknya (bukan yang jadulz), silakan ke sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun