Warga Indonesia kerap menjadi korban penyanderaan Abu Sayyaf dikatakan karena tebusannya selalu dibayar.
Menurut seorang diplomat Filipina, kelompok teroris itu jadi semakin sering menjadikan warga Indonesia dan Malaysia korban penyanderaannya.
Hal itu disebabkan karena jika warga kedua negara itu yang menjadi korban, kemungkinan uang tebusan akan dibayar lebih besar.
"Masalahnya, bangsa Indonesia dan Malaysia cenderung suka menyelesaikan masalah penyanderaan itu dengan menyediakan uang," katanya.
"Mereka berharap dengan membayar uang, masalah itu selesai. Begitu terus hingga sekarang," kata diplomat yang enggan menyebutkan namanya itu.
Belum lama ini saja, Pemerintah Malaysia membayar 130 juta peso Filipina untuk membebaskan empat warganya yang disandera Abu Sayyaf di Jolo.
Ia membandingkan Indonesia dan Malaysia dengan Kanada, yang memiliki kebijakan untuk tidak membayar tebusan untuk kasus penyanderaan.
Jujur kalau saya jadi penentu dinegara ini bakal bingung memilih antara membayar atau tidak, wajar karena saya rakyat biasa dan tidak pandai.Â
Tapi orang2 yang sudah berani naik panggung mengurus negara ini harusnya punya kemampuan lebih dari saya dalam mengatasi suatu krisis untuk membuatÂ
rakyatnya menjadi lebih baik (aman/sejahtera) bukan hanya sekedar tindakan easy way out yang sangat jangka pendek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H