Belakangan ini, nama OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project) jadi buah bibir di Indonesia. Banyak yang penasaran: mahluk apa sih OCCRP ini? Apakah semacam lembaga negara? Atau mungkin nama kode rahasia alien yang sedang menyelidiki kita? Jangan-jangan cuma komunitas ngerumpi global yang kebetulan suka mengulik urusan orang.
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, OCCRP ternyata merupakan organisasi jurnalisme investigasi internasional yang berfokus pada penyelidikan kasus kejahatan terorganisasi dan korupsi di berbagai negara di seluruh dunia. Jadi, bukan makhluk asing dari planet lain atau si om-om tetangga yang hobinya bergosip tidak jelas. Mereka bekerja dengan cara menggali informasi tersembunyi dan menyibak tirai asap yang biasanya digunakan para pelaku kejahatan berjenjang untuk menyembunyikan jejak-jejak kejahatannya. Para jurnalis investigasi OCCRP berperan layaknya detektif handal yang mampu mengungkap kebenaran di balik layar dengan teliti. Meskipun begitu, hal itu bukan berarti mereka bebas dari berbagai kritikan dari berbagai pihak.
Sejarah Singkat OCCRP: Dari Balkan ke Dunia
OCCRP pertama kali berdiri pada tahun 2006, didirikan oleh Drew Sullivan dan Paul Radu. Awalnya, fokusnya adalah membongkar kejahatan terorganisasi dan korupsi di kawasan Balkan, yang saat itu dipenuhi konflik dan politik gelap pasca-perang. Dengan dukungan beberapa donor internasional, OCCRP berkembang menjadi jaringan global yang mencakup lebih dari 50 negara.
Kenapa mereka didirikan? Alasannya simpel tapi ambisius: di banyak tempat, media lokal sering tak berdaya melawan tekanan politik atau ancaman dari kelompok kejahatan. OCCRP hadir untuk menjadi "perisai" bagi jurnalis lokal, sekaligus mengungkap hal-hal yang sering disembunyikan dari publik.
Tapi, di balik misi mulia itu, tentu ada pertanyaan: apakah mereka benar-benar independen? Dengan dana yang datang dari lembaga-lembaga seperti USAID dan Open Society Foundations, wajar jika orang bertanya-tanya, apakah agenda mereka benar-benar murni?
Misi Mulia atau Bisnis Cari Sensasi?
OCCRP mengklaim punya misi mulia: membersihkan dunia dari korupsi. Tapi, kritiknya adalah, siapa yang menentukan prioritas mereka? Apakah benar-benar independen, atau ada "tangan-tangan tak terlihat" yang mengarahkan mereka? Sebab, kok ya kebetulan banget, beberapa laporan mereka seringkali membuat negara-negara berkembang jadi sorotan negatif.
Mereka baru-baru ini disebut-sebut karena laporan tentang Indonesia. Yang bikin heboh adalah bagaimana laporan ini membuat kita semua bertanya: "Ini data dari mana? Valid nggak, ya?" Kalau diibaratkan, OCCRP ini seperti teman di grup WhatsApp keluarga: rajin kirim berita, tapi kita nggak tahu sumbernya dari mana.
Metode Investigasi atau Teknik "Nguping"?
Dalam melakukan investigasi, OCCRP katanya punya jaringan luas. Tapi, jangan-jangan, metode mereka tak jauh beda dengan teknik "nguping pembicaraan" sambil pura-pura sibuk di kafe? Atau mungkin mengandalkan "laporan orang dalam" yang sebenarnya bisa saja punya agenda terselubung.
Bayangkan, mereka seperti detektif swasta yang suka nongkrong di pojokan, mengamati orang sambil minum kopi. Kadang benar, kadang cuma tebak-tebakan. Tapi ya, kalau hasilnya clickbait, siapa yang peduli, bukan?
Kenapa Kita Heboh?
Hebohnya kita soal OCCRP mungkin karena ada rasa was-was, menyangkut bapak kita toh: jangan-jangan apa yang mereka laporkan memang benar. Di sisi lain, kita juga enggan percaya sepenuhnya, karena laporan semacam ini kadang jadi alat propaganda.
Yang jelas, kita perlu tetap kritis. Jangan sampai kita terlalu sibuk membela diri atau menyalahkan OCCRP, sementara isu utama yang mereka angkat justru terabaikan. Ibaratnya, jangan ribut soal siapa yang memotret, tapi lihat dulu kenapa kita jadi obyek yang dipotret.