Setiap generasi hadir dengan karakter dan tantangannya sendiri. Generasi Baby Boomers, - lahir 1946-1964 - tumbuh di era pasca-perang, menghadapi tantangan membangun kembali dunia yang porak-poranda. Mereka dikenal pekerja keras, menghargai stabilitas, dan memprioritaskan keluarga. Lalu datang Generasi X, - lahir 1965-1980 - generasi yang mulai mengenal teknologi analog. Mereka mandiri, skeptis, tetapi juga fleksibel menghadapi perubahan.
Kemudian muncul Generasi Milenial,- lahir 1981- 1996 - yang tumbuh bersama internet dan media sosial. Mereka adalah generasi yang kreatif, ambisius, dan sangat menghargai pengalaman. Generasi  Z, yang lahir setelah Milenial, semakin akrab dengan teknologi digital, inovatif, serta kritis terhadap isu global seperti keberlanjutan dan keadilan sosial.
Kini, dunia menyambut Generasi Alpha---anak-anak yang lahir setelah tahun 2012. Mereka adalah generasi pertama yang diabad ke-21, yang lahir sepenuhnya tumbuh bersama teknologi pintar.
Jika Generasi Z memanfaatkan teknologi, Generasi Alpha hidup di dalamnya. Namun, tantangan yang mereka hadapi jauh lebih kompleks. Selain perubahan iklim yang semakin mengancam, Generasi Alpha juga tumbuh di dunia yang smakin kompetitif dan terhubung secara global.
Apa yang membedakan Generasi Alpha dari pendahulunya? Jawabannya ada pada cara mereka berinteraksi dengan dunia. Mereka tidak hanya menghadapi tantangan---mereka juga dilahirkan untuk menjadi pemecah masalah global. Namun, peran orang tua tetap menjadi kunci dalam membentuk karakter mereka agar tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga manusiawi.
Peduli pada Lingkungan: Membentuk Generasi yang Bertanggung Jawab
Generasi Alpha akan hidup di dunia yang semakin rentan terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Sebagai generasi yang lahir di era teknologi digital, mereka memiliki peluang unik untuk tidak hanya memahami tetapi juga berkontribusi dalam mengatasi tantangan global ini. Namun, kemampuan tersebut tidak muncul begitu saja.
Peran orang tua menjadi sangat penting dalam membentuk kesadaran lingkungan sejak dini. Menurut laporan UNICEF pada tahun 2023, anak-anak yang mendapatkan pendidikan lingkungan lebih mungkin terlibat aktif dalam solusi keberlanjutan di masa depan.
Langkah awal dapat dimulai dengan memperkenalkan kebiasaan kecil yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua bisa mengajarkan anak-anak untuk mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, atau mendaur ulang barang bekas.
Kebiasaan ini, meskipun sederhana, memiliki dampak besar dalam membangun kesadaran akan hubungan antara tindakan manusia dan kondisi lingkungan.