Masih tingginya angka stunting di Indonesia menjadi pengingat bahwa kita menghadapi tantangan besar dalam mempersiapkan generasi emas di tahun 2045. Stunting, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup selama masa tumbuh kembang, tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga pada kemampuan kognitif mereka. Dalam jangka panjang, ini dapat mengancam kualitas sumber daya manusia kita, bahkan mengurangi daya saing bangsa dikancah persaingan global. Program makan siang gratis, sekarang berubah namanya menajdi "Program Makan Bergizi Gratis", merupakan salah satu janji unggulan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, hadir sebagai solusi konkret untuk masalah ini. Dirancang untuk memberikan makanan bergizi kepada murid SD, SMP, SMA, hingga santri di pesantren, program ini bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekaligus mendukung masa depan generasi penerus.
Bayangkan seorang petani lokal yang menjual hasil panennya---sayur, buah, atau beras---untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan program ini. Ketika permintaan meningkat, petani tersebut akan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja, membeli lebih banyak pupuk, atau bahkan memperluas lahan taninya. Di sisi lain, produsen makanan olahan skala kecil hingga menengah juga akan merasakan dampaknya. Pesanan makanan yang meningkat akan menciptakan peluang kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan pada akhirnya memperkuat daya beli masyarakat di sekitarnya.
Namun, dampak program ini tidak berhenti di situ. Di balik upaya perbaikan gizi, ada peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Bayangkan bagaimana permintaan besar untuk bahan pangan segar seperti sayur, buah, daging, dan beras akan menggerakkan sektor pertanian. Petani lokal akan mendapatkan pasar yang lebih luas, UMKM yang bergerak di bidang pangan akan berkembang, dan lapangan kerja baru akan tercipta.
Â
Efek Berantai di Sektor Ekonomi
         Setiap kebijakan besar yang melibatkan pengeluaran pemerintah memiliki potensi menciptakan efek berantai atau multiplier effect dalam perekonomian. Program makan siang gratis tidak hanya fokus pada anak-anak sebagai penerima manfaat langsung, tetapi juga mendorong pergerakan sektor-sektor penting dalam ekonomi nasional. Setidaknya kita bisa melihat potensi pergerakan pada sektor pertanian, industri penglahan pangan, transportasi dan logistik dan peningkatan konsumsi domestik.
         Dengan meningkatnya permintaan bahan makanan segar, petani lokal akan menjadi salah satu penerima manfaat terbesar. Program ini berpeluang memperbaiki kondisi petani kecil yang sering kali kesulitan menemukan pasar untuk hasil panen mereka. Jika pemerintah memastikan sebagian besar bahan makanan berasal dari produksi lokal, dampaknya akan terasa hingga pelosok desa, meningkatkan kesejahteraan petani dan menghidupkan kembali sektor pertanian.
         Program ini juga dapat membuka peluang besar bagi UMKM yang bergerak di bidang pengolahan makanan. Misalnya, katering lokal yang menyediakan makanan untuk sekolah dapat mengalami lonjakan pesanan. Selain meningkatkan pendapatan, ini juga akan menciptakan lapangan kerja tambahan, khususnya bagi perempuan di daerah yang sering kali menjadi tulang punggung usaha kecil.
         Distribusi makanan ke ribuan sekolah di seluruh Indonesia memerlukan jaringan logistik yang kuat. Ini berarti lebih banyak pekerjaan di sektor transportasi, dari pengemudi hingga penyedia layanan penyimpanan dan pengangkutan. Infrastruktur pendukung, seperti jalan dan fasilitas penyimpanan dingin, juga akan mendapatkan perhatian, menciptakan efek domino yang memperkuat perekonomian.
         Dengan adanya tambahan pendapatan bagi petani, UMKM, dan pekerja di sektor logistik, daya beli masyarakat akan meningkat. Ketika masyarakat memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan, aktivitas ekonomi di pasar lokal pun ikut berkembang. Ini menciptakan siklus positif yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Â