Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni: lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (H.L.Blum, 1974). Apabila kita membahas tentang kesadaran pada masyarakat, maka kita perlu menelusuri sikap dan perilaku masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan. Semua makhluk hidup mempunyai perilaku, namun perilaku manusia sudah tentu berbeda dengan perilaku makhluk lainnya. Jika dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki perilaku yang beradab secara fitrahnya, maka dari itu perbedaan antara manusia dan binatang memiliki nilai-nilai norma. Contohnya ketika manusia memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, minum serta menyalurkan hasrat atau seksnya. Manusia dengan dibekali akal sehat dan budi pekerti akan menggunakan rasio dan emosinya untuk melakukan hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, seperti berbicara, berpikir, menulis, membaca, bekerja, berjalan, makan, minum, an seterusnya. Oleh karena itu, untuk mendukung aktifitas tersebut, maka diperlukan elemen lain agar aktifitas berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Salah satu elemen itu adalah kesehatan. Pola menjaga kesehatan hars berawal dari kesadaran diri sendiri.
Gerakan untuk menanamkan kesadaran dalam menjaga kesehatan harus bermula dari generasi muda, karena generasi muda merupakan generasi yang paling bisa diandalkan untuk menyerap berbagai informasi yang terkait dengan kesehatan pada khususnya. Kesehatan merupakan aset paling penting dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari, dengan menanamkan kesadaran berarti telah memantik kepedulian, terutama untuk diri sendiri.
Beragam kegiatan sosialisasi untuk memberikan pemahaman dan arahan tentang kesehatan pada remaja  khususnya sudah dimulai dan akan selalu dilakukan di sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat. Melalui kegiatan tersebut para remaja diharapkan mampu bertanggung jawab dalam menjaga kesehatannya, sehingga menjadi ujung tombak untuk melakukan gaya hidup sehat.
Teori saja tidak cukup untuk dijadikan pedoman. Usia remaja perlu contoh dan teladan yang konkret dalam menjalani pola hidup sehat. Di rumah mereka memiliki orang tua ataupun saudara yang dapat dijadikan sebagai motivasi untuk berperilaku hidup sehat, dimulai dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan bergizi, berolah raga, menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal dan dimanapun mereka berada, serta mencoba mengajak orang lain turut serta untuk melakukan hal yang sama.Â
Selain mendidik remaja untuk berperilaku hidup sehat, ada baiknya untuk memberikan informasi kepada mereka tentang bahaya menjalani hidup tanpa aturan, manfaat, dan tidak bernilai kesehatan. Hal ini tentu akan mengakibatkan efek buruk dalam waktu cepat ataupun lambat. Paparan tentang akibat dan bahaya pola hidup tak sehat merupakan salah satu cara untuk menanamkan kesadaran dalam diri remaja, dan diharapkan mereka akan selalu ingat dan merasa bangga untuk memiliki gaya hidup sehat.
Dalam buku Ilmu Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo memaparkan tentang pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku (behaviour change). Setidaknya ada 3 dimensi yang dapat melakukan perubahan:
- Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai-nilai kesehatan).
- Mengembangkan perilaku positif (pembentukan dan pengembangan perilaku sehat).
- Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan, atau dengan kata lain mempertahankan perilaku sehat yang sedang dijalankan.
Tulisan ini juga diharapkan mampu untuk menjadi media perubahan tersebut. Manusia dan lingkungan adalah dua hal yang saling terkait dan membutuhkan, menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Jadi jika lingkungan tempat tinggal atau sekitarnya ingin nampak sehat, maka setiap individu harus pintar menjaga kesehatan dirinya tanpa terkecuali. Masih menurut laporan WHO, faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap lebih dari 80 % penyakit-penyakit tersebut. (Pengelolaan Kesehatan Lingkungan: 2015).
Tentang reproduksi, Louis Pasteur (1822 – 1895) menegaskan bahwa  makhluk hidup hanya bisa berasal dari makhluk hidup (omne vivum ex vivo) dan bukan dari benda mati. Oleh karena itu adanya makhluk hidup adalah hasil dari reproduksi. Semua makhluk hidup akan bereproduksi atau merupakan hasil reproduksi untuk mempertahankan keberadaan jenisnya di dunia ini. Reproduksi dilakukan dengan berbagai cara, seperti membelah diri, cloning, sexual, dan lain sebagainya.
Remaja khususnya di Indonesia menjadi penanda bagi kemajuan atau kemunduran suatu pendidikan. Pendidikan dapat dimulai dari aspek apapun. Banyak pengalaman dan kejadian buruk yang telah dialami oleh bangsa ini, beberapa kasus yang tidak kita inginkan terjadi, peristiwa demi peristiwa merenggut kehidupan remaja kita. Pemerintah berusaha keras untuk melindungi hak setiap warga negaranya, dari anak-anak, remaja, hingga orangtua.Â