Apakah membahas kebersihan dan senyuman masih relevan di masa yang masyarakatnya berubah menjadi manusia hedonis seperti sekarang ini? – saya jawab iya, dan tentu saja masih sangat relevan. Mengapa demikian? – karena kebersihan dan senyuman dapat dikatakan sebagai elemen penting yang mendukung rotasi kehidupan di alam ini. Tuhan memilih manusia untuk mewakili dan mengatur aktivitas di muka bumi.
Untuk mewakili dan mengatur kehidupan, maka manusia memerlukan modal yang menjadi dasar bagi kinerjanya. Ilmu pengetahuan saja tidak cukup, maka dari itu manusia memerlukan keterampilan dan aktualisasi diri dalam menjalankan amanat Tuhan dengan cermat dan tepat. Potensi dasar manusia adalah akal dan nurani, ketika keduanya bekerja optimal, maka terciptalah sebuah harmoni dalam kehidupan dan menjadi berkah sekalian makhluk di penjuru dunia.
Akal dan nurani yang menjadi modal utama inilah yang mampu menuntun manusia untuk membawa kehidupan menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat mengurangi bahkan melenyapkan kerusakan- kerusakan di muka bumi. Semua makhluk dapat menikmati anugerah dan fasilitas yang diberikan Tuhan secara turun-temurun dan dalam jangka waktu yang lama.
Belum lama ini, Kompasiana bekerja sama dengan Kemenko Maritim mengadakan acara “nangkring” bersama para blogger. Kegiatan ini bertujuan untuk sosialisasi budaya menjaga kebersihan dan senyum. Kebersihan dan senyum merupakan dua hal penting yang diangkat menjadi sebuah isu modern. Padahal keduanya selalu melekat dalam keseharian kita dan masyarakat Indonesia. Lantas, mengapa budaya bersih dan senyum saja perlu disosialisasikan?
Saya yakin semua ajaran agama memiliki pandangan yang sama terhadap kebersihan. Dalam agama mengajarkan bahwa kebersihan terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu lahir dan batin. Kebersihan pada aspek lahir meliputi kebersihan diri, tempat tinggal, dan lingkungan. Sedangkan kebersihan pada aspek batin, yaitu kebersihan yang mencakup hati, jiwa, serta pikiran.
Bagi manusia, khususnya di Indonesia sekarang, menjaga kebersihan keduanya tampak memiliki kesulitan yang sama untuk dilakukan. Namun, pada tulisan ini saya tidak ambil bagian dalam membahas kebersihan batin, karena setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing.
Seperti yang kita ketahui, tingkat kepedulian orang Indonesia terhadap gerakan menjaga kebersihan masih sangat kurang. Jangankan untuk masyarakat luas, bahkan untuk dirinya sendiri juga minim. Tingkat sosial dan pengetahuan seseorang belum tentu menjadikan dirinya sebagai orang yang paling peduli terhadap lingkungan.
Hal ini ditandai dari begitu banyak masyarakat yang menjadi jurnalis “dadakan” memposting foto-foto mereka yang sedang mengendarai kendaraan mewah tapi tetap membuang sampah sembarangan, atau bahkan tidak sedikit pula ada yang merokok, meludah, bahkan buang air kecil di tempat umum. Fenomena yang seperti itu saja masih sering dijumpai, lantaran rasa peduli dan ingin menjaga kebersihan untuk manfaat bersama masih sangat rendah.
Kebersihan untuk kita semua, semua usia
Bingkai kebersihan tidak hanya sebatas pada lingkungan saja. Kebersihan itu melingkupi seluruh elemen kehidupan manusia. Mulai dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, tempat tinggal yang ditempati, tempat kerja yang menjadikan manusia mengaktualkan potensinya.