“Saya yakin hari yang indah itu tidak selalu lekat dengan langit yang cerah, tapi lebih dari itu, hari yang indah merupakan hari dimana kita dapat mengisinya dengan berbagai macam momen yang berkesan beserta dengan pengalaman-pengalaman yang membuat kita belajar tentang kehidupan.”
Jarak dari museum Bahari ke gerbang utama pelabuhan Sunda Kelapa tidak jauh hanya ± 100 meter. Tiba di depan pintu gerbang, dua orang petugas yang berjaga di depan pintu masuk sedang duduk bercengkerama, kami dipersilahkan untuk mengikuti truk kontainer yang kebetulan juga sedang melaju melalui pintu gerbang utama. Beberapa orang turis mancanegara tampak sedang membeli karcis. Di pintu masuk terbagi dua jalur, satu jalur untuk pejalan kaki dan kendaraan beroda dua, jalur lainnya digunakan untuk kendaraan beroda empat dan lebih seperti truk kontainer yang saya jumpai.
Tak lama setelah pak Faiz meninggalkan saya, kamera prosumer di ransel sudah berpindah dalam genggaman. Saya mengamati sekeliling, ada beberapa bapak yang bersepeda, sepedanya seperti sepeda-sepeda ojek yang digunakan kedua bapak yang saya temui sebelumnya. Ada pula dua orang pekerja sedang menikmati makan siang dibawah naungan kapal besi yang besar, dan tak jauh dari sana ada belasan pekerja yang masih beraktifitas dengan menggunakan alat berat, sementara itu dibawah sebuah kendaraan yang mirip buldoser beberapa pekerja sedang melepas penat, ada juga yang sedang menikmati nasi bungkus.
Dengan sigap salah seorang dari mereka mengambil sepeda motor yang terletak di dalam bangunan seperti gudang, tidak berapa lama saya dibonceng berkeliling menuju tujuan awal, tempat dimana kapal TNI AL berlabuh. Saya dapat melihatnya dari jarak pandang puluhan meter, ada beberapa anggota TNI AL yang sedang bertugas, ada pula yang sedang membuang sampah, ada yang memotret kegiatan tersebut untuk dokumentasi, ya seperti saya yang juga memotret untuk kelengkapan tulisan ini.
Banyak hal yang saya tanyakan pada mas yang mengantar saya dan sudah bekerja disana selama 5 tahun, sampai sekarang saya menyesal karena lupa menanyakan namanya (maafkan saya ya?!).
Darinya saya mendapatkan informasi menarik, diantaranya; pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan bongkar muat yang dikhususkan beroperasi untuk dan antar pulau-pulau di Indonesia. Sekitar dua minggu sebelum saya datang, pelabuhan Sunda Kelapa membuka trayek baru untuk wisata antar pulau di kepulauan seribu, dengan ongkos promosi penyeberangan sebesar Rp.15.000,-tujuannya adalah pulau Untung Jawa, pulau Pramuka, pulau Bidadari, dan lain-lain. Kemudian mayoritas pemilik kapal bongkar muat adalah warga Indonesia keturunan Tionghoa. Ada perbedaan sebutan antara kapal kayu dan kapal besi, kapal yang terbuat dari kayu disebut KM, sedangkan kapal yang bermateri besi seperti kapal perang TNI disebut KML.
Saya pun mengangguk saja tanda setuju, motor berbalik arah dan melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali si mas bertegur sapa dengan para pekerja lain, karena masa ia bekerja terbilang sudah lama, rasanya wajar sekali jika mereka terlihat akrab.