Mohon tunggu...
Unai Djuwangsih
Unai Djuwangsih Mohon Tunggu... -

pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melaju tanpa Merasa Bersalah

8 April 2013   09:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:32 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena nyala traffic light mulai berwarna merah maka adik saya yang bertujuan jalan lurus sehabis mengantar sekolah anaknya memutuskan berhenti, namun tiba-tiba samping kanan motornya diserempet motor yang dikendarai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jogja yang keburu mau ujian, al hasil adik saya yang sedang hamil 6 bulan itu bergelimpangan di perempatan Ring Roud Kentungan Jogja bersama sang mahasiswa. Beruntung janin yang dikandungnya dan tubuh adik saya tidak mengalami apapun, namun malangnya sang mahasiswa tangan kanannya patah karena kejadian itu. Belajar dari kejadian tersebut diatas, siapa yang dapat dipersalahkan Polisi, infrastruktur, rambu-rambu atau manusianya? Polisi ada di pos jaga, namun karena lokasi perempatan Kentungan itu luas bisa jadi suara peluitnya tidak terdengar, maka tugas polisi dibantu dengan rambu-rambu yang pengadaannya disepakati bersama, dibuat sederhana dan gampang dipahami agar mudah dilaksanakan, peletakannya juga diperhitungkan dengan tujuan semua pengguna jalan mempunyai waktu untuk melakukan persiapan atas apa yang harus dilakukan. Hanya saja kadang kita sulit menomor duakan keinginan pribadi, maunya cepat tanpa halangan apapun dan selamat sampai tujuan. Kejadian lain karena motor terbatas sehingga saya terpaksa mengantar anak yang mau kerja, karena hujan sudah reda maka saya putuskan tidak menggunakan mantol, walau waktu mepet saya tidak pernah menjalankan motor dengan cepat, pertimbangan saya kalau ada kendaraan lain menabrak dari depan paling tidak mengurangi tekanan, tapi kewaspadaan diri dijalan agar tidak menabrak atau tertabrak itu juga tidak cukup, mobil yang melaju dengan cepat kearah saya berhasil menerbangkan air hujan yang masih tergenang dijalan yang kami lewati, seragam satu-satunya anak saya basah kuyup dan kotor, saya memberhentikan motor namun mobil mewah warna putih itu tetap melaju tanpa rasa sudah melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap orang lain. Siapa yang dipersalahkan? Infrastruktur, polisi, atau rambu-rambu? Tidak akan terselesaikan masalah-masalah yang terjadi di jalanan kalau kita semua sibuk memikirkan siapa yang layak dipersalahkan. Jalan adalah salah satu infrastruktur pembuka peradaban, dengan jalan yang baik maka membantu terpenuhinya semua sektor kebutuhan manusia. Untuk melaju diatas jalan kita bisa menggunakan berbagai macam alat transportasi yang bernama kendaraan pilihan disesuaikan dengan kemampuan, banyak macam, banyak ragam tersedia, yang perlu kita bungkus menjadi satu adalah kesadaran bersama bahwa bijak berkendaraan adalah semangat yang peting kita bawa dimanapun kita melajukan kendaraan, nilai-nilai seperti waspada, mengalah, toleransi, takut melukai orang lain, menghargai orang lain perlu kita lakukan dijalansupaya kita menjadi bijak berkendaraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun