"Berhaji bagi yang mampu"
Begitu bunyi rukun Islam ke 5. Pun dalam ayat 97 surat Al Imran, surat ke 2 yang menceritakan keluarga Imran, ayahnya sang wanita suci, Maryam, ibunya nabi Isa alaihi salam.
Allah SWT berfirman
ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ
wa lillaahi 'alan-naasi hijjul-baiti manistathoo'a ilaihi sabiilaa,
Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97)
Tapi, tahukah kita bahwa kalimat 'mampu' adalah sebuah tantangan dari Allah Ta'ala untuk kita.
Bagaimana waktu yang sama diberikan kepada semua manusia, 24 jam. Artinya siapapun kita, apapun pekerjaan kita, semestinya bisa mengantarkan kita menunaikan ibadah haji tersebut.
Simpelnya, haji itu bukan bagi orang kaya. Banyak sekali orang yang memiliki duit bahkan tidak terbuka hatinya untuk menginjakkan kaki di Haramain.
Orang yang sungguh sungguh mempunyai keinginan mulia itu lah yang akan menjadi tamuNya. Karena ia-nya mutlak merupakan panggilan (undangan langsung) dari Allah SWT kepada hambanya yang terpilih.
Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa Kakbah adalah rumah ibadah pertama yang ada di dunia.