Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Tengah-tengah: antara Bermanfaat dan Dimanfaatkan

6 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 6 Oktober 2022   13:04 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"udah kapok jadi orang bermanfaat, ujung-ujungnya dimanfaatkan" Kira-kira seperti itulah isi whatsapp dari teman saya dua minggu yang lalu. Cukup panjang saya memikirkan kebenaran atas kesimpulan teman saya itu, paling tidak sampai pada pagi ini. Tapi apakah benar menjadi bermanfaat itu melelahkan? Sampai harus kapok dan merasa kesal? Setidaknya bagi saya pribadi, ada satu hal penting diantara bermanfaat dan dimanfaatkan yaitu kendali diri. Paling tidak kita harus kembali menyadari dua hal, yaitu: 

1.Manusia memiliki kendali atas pilihannya 

Sebelum membicarakan mengenai kendali, baiknya seseorang sudah mampu membangun batasan atau dalam istilah psikologi (ilmu jiwa) disebut dengan setting boundaries. Membangun batasan artinya memahami kata "cukup" bagi diri sendiri. Batasan dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan, hubungan, keluarga dan konflik. "cukup" masing-masing orang itu berbeda berdasarkan karakter seseorang. Batasan dapat berupa hal fisik, emosi dan pandangan atas tingkat kenyamanan, kebutuhan dan selera seseorang. Kemampuan membangun batasan mempermudah seseorang untuk mengendalikan diri; kapan waktunya untuk menerima tanggung jawab baru, kapan waktu yang tepat untuk berhenti berharap, kapan waktu yang tepat untuk mengeksekusi tindakan. Memiliki batasan mempermudah kita dalam hal pengendalian diri, sebab kita memiliki alasan yang logis berdasarkan pertimbangan diri saat menerima atau menolak permintaan orang lain. Jika memang menerima, kita akan menerima dengan hati yang riang gembira. Namun, jika memang harus menolak, kita akan menolak tanpa ada perasaan bersalah. 

2.Manusia harus berani menyuarakan pilihannya 

Batasan hanya sekedar batasan jika kita tidak mampu menyuarakannya. Menegaskan batasan hendaknya dengan komunikasi persuasive dan asertif. Persuasive artinya komunikasi yang mampu membuat seseorang menerima kehendak atau pandangan kita. sedangkan asertif artinya komunikasi yang bersandar pada pemenuhan kebutuhan antara dua pihak. Kita tidak hanya mendengarkan dan menghormati kebutuhan orang lain, tapi juga mempertahankan kebutuhan, keinginan dan perasaan diri sendiri. Kemampuan berkomunikasi persuasive dan asertif ini mempermudah lawan bicara untuk mengetahui situasi dan kondisi diri kita. Saat menyuarakan pilihan kita, sebaiknya sadari bahwa manusia itu berhak untuk memiliki dan memilih pandangannya sendiri. Seseorang tidak diperbolehkan mengeksploitasi seseorang yang lain dengan memaksakan kehendaknya. 

Melalui pemikiran ini, saya berkesimpulan bahwa seseorang dapat bermanfaat tanpa perlu merasa dimanfaatkan jika kita mampu mengendalikan diri dan berkomunikasi secara persuasive dan asertif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun