Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keadilan Sosial bagi Rakyat Good Looking

1 Agustus 2021   00:45 Diperbarui: 1 Agustus 2021   01:19 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beauty privilege, istilah yang cocok untuk menjelaskan judul artikel ini. Sejak maraknya platform digital rasanya good looking sudah menjadi keharusan. Banyak hal yang akan didapatkan seseorang jika dia mampu memenuhi standar kecantikan di masyarakat sehingga masuk dalam golongan rakyat good looking, seperti dalam penelitain tahun 2016 "Explaining financial and pro social biases in favour of attractive people" menunjukan bahwa orang-orang yang berpenampilan menarik, berpeluang untuk mendapatkan kesempatan kerja lebih besar ketimbang mereka yang berpenampilan biasa saja. 

Selain itu, good looking mampu membuka lebih banyak kesempatan dalam mengembangkan karir, kemudian diperlakukan istimewa saat berada di ruang publik bahkan mudah dimaafkan bahkan banjir dukungan saat berbuat kekeliruan dan lain sebagainya.

Adanya beauty privilege membingkai pikiran seseorang untuk lebih berfokus pada hal-hal yang bersifat fisik, bukan lagi hal-hal yang lebih dalam seperti tingkah laku, pengetahuan kemampuan berkomunikasi, empati dan keterampilan. Jika hal ini terus berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia sulit untuk berkembang. 

Terlebih sampai saat ini, masih banyak ditemukan di beberapa syarat lowongan pekerjaan berupa "berpenampilan menarik", batasan usia atau bahkan secara gamblang mencantumkan berat badan kadidat. Tindakan seksisme ini memberikan akses lebih bagi sekelompok perempuan tapi menutup akses pada perempuan-perempuan lainnya.

Beauty privilege juga mampu menyuburkan tindakan diskriminatif lookism, dimana seseorang memperhatikan penampilan dalam memperlakukan seseorang. Seperti; memberkan akses kepada aktris di ruang publik saat antrian sedang mengekor atau kasus yang sempat viral di Tiktok dimana anak muda usia 16 tahun menabrak ibu dan bayinya hingga tewas di tempat saat ia sedang melakukan balapan dengan temannya. 

Kasus ini menarik banyak simpati dan empati dari warganet sebab si pemuda ini good looking, dengan kekuatan penampilannya bahkan muncul petisi untuk membebaskan pemuda ini dari vonis pengadilan. Bagi saya, fenomena ini sangat aneh dan memuakkan.

Dan yang terakhir, sadarkah kamu jika beauty privilege ini juga turut mendukung tindakan rasis yang kerapkali kita larang. Mengapa demikian? Hal ini dilihat dari standar kecantikan yang dibangun oleh masyarakat khususnya di Indonesia masih berpatokan dengan orang-orang Eropa atau sering disebut dengan standard kecantikan eurocentrist yaitu badan tinggi semampai, berkulit putih dan berambut lurus. Standar kecantikan ini membuat mereka yang memiliki kulit kuning langsat, sawo matang bahkan gelap tidak masuk dalam kriteria rakyat good looking.

Dari ketiga hal ini, saya kira sudah cukup untuk menyadarkan kita untuk mulai membiasakan diri berlaku baik tanpa bersikap diskriminatif dan rasis. Berhenti fokus kepada penampilan luar saja, sebab banyak sekali kasus penampilan luar yang menipu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun