Cerita ini sudah lama banget tapi kayaknya masih segar baik dalam ingatan saya maupun dalam kondisi dan situasi politik sekarang yang carut marut,dan kondisi ini pula yang sedikit memaksa saya menceritakan kembali kisah primitif nan inspiratif ini.
Dahulu kala di sebuah negara tinggallah seorang Presiden yang jujur,adil,amanah,wibawa,santun ngayomi dan lain-lain,pokoknya sifat-sifat yang lazimnya terdapat di manusia berbudi dan berakhlak luhur habis disandangnya(ketika berkampanye)sayangnya Presiden tersebut memiliki kekurangan yakni matanya yang sebelah kanan buta.
Pada suatu hari Presiden memanggil Seorang pejabat istana agar mengadakan sayembara dan mengumumkan kepada seluruh pelukis yang ada di pelosok negeri.Beberapa hari kemudian setelah melalui proses seleksi yang ketat terpilihlah 3 orang Pelukis yang akan melukis rupa sang Presiden.
Pada hari yang sudah ditentukan Pelukis pertama mulai mempersiapkan alat-alat lukisnya dan mulai melukis wajah sang Presiden,beberapa saat kemudian lukisan sudah selesai dan diserahkan kepada Presiden.Alangkah terkejutnya Presiden ketika beliau melihat lukisan dirinya yang sangat memalukan dengan kondisi sebelah matanya yang sangat menjijikkan sehingga sontak membuat beliau marah dan menghukum Sang Pelukis.
Selanjutnya giliran pelukis kedua,dengan cekatan tangannya bergerak diatas kanvas, hanya suara goresan pinsil,sapuan kuas dan helaan nafas yang terdengar dari proses melukis tersebut.Tak lama kemudian lukisan pun selesai dan diserahkan kepada sang Presiden,lagi-lagi beliau marah ketika melihat hasil lukisan tsb,karena disitu digambarkan dengan kondisi normal kalau tidak mau di bilang sangat sempurna,dengan mata yang lengkap,wajah yang sangat tampan yang justru tidak menggambarkan dirinya sama sekali Pelukis keduapun mengalami nasib serupa dihukum oleh sang Presiden.
Terakhir,Pelukis ketigapun segera menghadap Sang Presiden tanpa basa basi sang Pelukispun mulai melukis,tampak sangat konsentrasi meskipun terlihat ketegangan diwajahnya karena khawatir nasibnya akan sama dengan dua orang Pelukis sebelumnya.Lukisan pun mampu ia selesaikan dan secara perlahan dan sedikit gemetar diserahkannya lukisan tsb,lama ia menunggu reaksi dari sang Presiden dan menantikan hukuman yang akan menimpanya jika murka sang Presiden terulang kembali.Kali ini Sang Presiden tampak menyiratkan senyumnya setelah melihat hasil lukisan tsb karena di situ beliau dilukis tampak dari samping kiri sehingga mata kanannya yang buta tak tampak dengan posisi ini,Pelukis ketiga mampu menggambarkan Sang Presiden dengan kondisi sebenarnya sekaligus mampu menutupi kekurangan dari Sang Presiden,hingga selamatlah ia dari hukuman tersebut.
Senyum Presiden kepada Pelukis ketiga adalah manusiawi,namun jika Sang Presiden tersenyum kepada Pelukis pertama Beliau bukan saja seorang Presiden melainkan Seorang yang Linuwih bahkan kebaikan yang lazim dimiliki orang baik sekalipun belum cukup diberikan kepada Presiden itu,Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H