SEBAGAIMANA hampir semua orang tua di Indonesia pada saat ini, saya dan suami juga ikut kebagian tanggung jawab mendampingi anak kami belajar dari rumah.
Kami dan banyak orang tua harus mengakui bahwa menjelaskan berbagai mata pelajaran dan menemani anak-anak mengerjakan tugas-tugas sekolah tidak semudah yang dibayangkan. Kerja keras para guru, dan para dosen selama ini sungguh patut diberikan apresiasi kepada mereka.
Di tengah pembatasan sosial akibat wabah covid-19, kita harus tetap semangat mengejar dan mengajar ilmu pengetahuan. Hampir tidak ada yang menyangka, wajah pendidikan akan berubah drastis akibat pandemi covid-19.
Konsep sekolah di rumah (home-schooling) tidak pernah menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional. Meski makin populer, penerapan pembelajaran online (online learning) selama ini juga terbatas pada Universitas Terbuka, program kuliah bagi karyawan di sejumlah universitas dan kursus-kursus tambahan (online courses).
Tapi, kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem online, dalam skala nasional. Bahkan, ujian nasional tahun ini terpaksa ditiadakan. Namun dalam proses pelaksanaan pembelajaran online (online learning) ini banyak ditemukan keluhan dari sebagian orang tua murid.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, telah memberi lampu hijau kepada pemerintah daerah di semua zona membuka sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Hal ini Sejumlah siswa di beberapa daerah menyambut baik rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah di masa pandemi Covid-19.
Kebijakan ini berlaku mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021. Jadi bulan Januari 2021. Jadi daerah dan sekolah sampai sekarang kalau siap tatap muka ingin tatap muka, segera tingkatkan kesiapan untuk laksanakan ini
Meski ada kekhawatiran, namun tetap semangat dan mereka menilai pembelajaran tatap muka harus mulai dicoba, sebab akhir pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan. Di sisi lain, siswa juga ingin pihak sekolah tegas mengawasi penerapan protokol kesehatan nantinya.
Abror, siswa kelas V SD Negeri 54/II Telentam A dan juga siswa di DTA Nurul Iman Dusun Telentam, Kec. Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, mengaku setuju jika pemerintah mulai mengizinkan pembelajaran tatap muka di sekolah. Selama sembilan bulan terakhir pembelajaran jarak jauh (PJJ), Abror mengaku lebih stres karena lebih banyak menerima tugas ketimbang materi pembelajaran.
Dia berharap pihak sekolah/Madrasah nantinya dapat secara tegas melakukan pengawasan protokol kesehatan bagi siswa. Pasalnya, dia menyadari tidak mudah bagi siswa untuk menerapkan protokol kesehatan dalam pergaulan di lingkungan sekolah ataupun madin.