Mohon tunggu...
Berita UMS
Berita UMS Mohon Tunggu... Penulis - Dikelola oleh Bidang Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

UMS Unggul Mencerahkan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PPG UMS Sajikan Projek Kepemimpinan Sandosa Diorama

30 Juli 2024   11:20 Diperbarui: 30 Juli 2024   11:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ums.ac.id, JATEN -- Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan Bahasa Indonesia Gelombang 2 Tahun 2023 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Projek Kepemimpinan bertajuk "Penerapan Sandosa Diorama untuk Media Pembelajaran Anak" yang berlokasi di Dukuh Serut, Jaten, Karanganyar.

Pertunjukan yang berlangsung pada Sabtu, (27/7) malam itu, bekerja sama dengan Teater Pucuk Pinus, Teater Kalanadah Dusun Serut, Karang Taruna Dukuh Serut, dan juga mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Disaksikan oleh lebih dari 200 warga setempat dengan mempertunjukkan Tari, Drama, serta Pewayangan yang menghibur dan edukatif.

Ketua Pelaksana, Bilan Tikasari Dwi Puryaning yang kerap disapa Tika, menyampaikan bahwa acara pada malam hari itu merupakan pra acara dari Serut Podomoro Festival (SPF).

"Pra acara ini akan dilanjutkan dengan Serut Podomoro Festival yang diadakan pada akhir tahun 2024," terang mahasiswa PPG Prajabatan UMS itu.

Menyambung dari Tika, PJ Kepala Desa Ngringo, Hendrawan Sritomo, menyampaikan beberapa hal di antaranya bahwa festival itu mengandung arti bahwa di Indonesia sangat banyak suku, budaya, kultur, dan adat istiadat yang kaya, sehingga dengan adanya pertunjukan itu diharapkan dapat menjadikan tuntunan bukan hanya tontonan saja.

"Ini adalah salah satu nguri-uri (melestarikan) budaya, wayang itu sudah masuk di PBB (Persatuan Bangsa Bangsa), khususnya di UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 2007. Jangan sampai generasi-generasi penerus ini lupa akan sejarah kita, warisan leluhur kita," pesan Hendrawan.

Sebagai Dosen Pembimbing, Dr. Nurhidayat , S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan implikasi dari mata kuliah yang disebut dengan Projek Kepemimpinan, di mana seorang guru itu harus bisa menjadi Agent of Change (Agen Perubahan).

Dia menyampaikan, setelah berbagai diskusi yang dilakukan selama berbulan-bulan, akhirnya tim menemukan sebuah projek yang mengangkat budaya Jawa, tetapi dengan inovasi-inovasi.

"Harapannya di satu sisi tradisi kita tetap terjaga, di sisi lain anak-anak kita para generasi muda itu tetap bisa berseni dan bisa berkolaborasi, berbudaya, dan tentu akan mengakibatkan mereka mempunyai peradaban yang tinggi," pungkas Dosen UMS itu. (Yusuf/Humas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun