ums.ac.id, JATEN -- Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan Bahasa Indonesia Gelombang 2 Tahun 2023 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Projek Kepemimpinan bertajuk "Penerapan Sandosa Diorama untuk Media Pembelajaran Anak" yang berlokasi di Dukuh Serut, Jaten, Karanganyar.
Pertunjukan yang berlangsung pada Sabtu, (27/7) malam itu, bekerja sama dengan Teater Pucuk Pinus, Teater Kalanadah Dusun Serut, Karang Taruna Dukuh Serut, dan juga mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Disaksikan oleh lebih dari 200 warga setempat dengan mempertunjukkan Tari, Drama, serta Pewayangan yang menghibur dan edukatif.
Ketua Pelaksana, Bilan Tikasari Dwi Puryaning yang kerap disapa Tika, menyampaikan bahwa acara pada malam hari itu merupakan pra acara dari Serut Podomoro Festival (SPF).
"Pra acara ini akan dilanjutkan dengan Serut Podomoro Festival yang diadakan pada akhir tahun 2024," terang mahasiswa PPG Prajabatan UMS itu.
Menyambung dari Tika, PJ Kepala Desa Ngringo, Hendrawan Sritomo, menyampaikan beberapa hal di antaranya bahwa festival itu mengandung arti bahwa di Indonesia sangat banyak suku, budaya, kultur, dan adat istiadat yang kaya, sehingga dengan adanya pertunjukan itu diharapkan dapat menjadikan tuntunan bukan hanya tontonan saja.
"Ini adalah salah satu nguri-uri (melestarikan) budaya, wayang itu sudah masuk di PBB (Persatuan Bangsa Bangsa), khususnya di UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 2007. Jangan sampai generasi-generasi penerus ini lupa akan sejarah kita, warisan leluhur kita," pesan Hendrawan.
Sebagai Dosen Pembimbing, Dr. Nurhidayat , S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan implikasi dari mata kuliah yang disebut dengan Projek Kepemimpinan, di mana seorang guru itu harus bisa menjadi Agent of Change (Agen Perubahan).
Dia menyampaikan, setelah berbagai diskusi yang dilakukan selama berbulan-bulan, akhirnya tim menemukan sebuah projek yang mengangkat budaya Jawa, tetapi dengan inovasi-inovasi.
"Harapannya di satu sisi tradisi kita tetap terjaga, di sisi lain anak-anak kita para generasi muda itu tetap bisa berseni dan bisa berkolaborasi, berbudaya, dan tentu akan mengakibatkan mereka mempunyai peradaban yang tinggi," pungkas Dosen UMS itu. (Yusuf/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H