Tak hanya itu, Lily juga mengikuti Tabligh Akbar di Masjid Sudalmiyah Rais yang ternyata isi materi yang disampaikan juga sama, dalam artian sama-sama mengajarkan kebaikan.
"Kalau masalah merayakan kaya gitu, keluarga saya ada yang muslim, ada yang non muslim jadi tidak kaget," tambahnya.
Mahasiswi Prodi Hukum tersebut berharap, selama kuliah bisa mengembangkan soft skill, berorganisasi dan belajar menjadi konten kreator dan berprestasi.
"Kemudian untuk UMS sendiri, bisa lebih banyak informasi terkait mahasiswa non muslim yang kuliah di UMS. Agar tidak seperti saya dulu, bingung kira-kira gimana ya kalau memilih kampus Muhammadiyah," terangnya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Ihwan Susila, SE., M.Si., Ph.D., mengungkapkan Islam itu Rahmatan Lil Alamin, sehingga Muhammadiyah juga sangat terbuka dalam bidang pendidikan tanpa membeda-bedakan.
"Dalam Muhammadiyah itu, ada namanya amar ma'ruf nahi munkar. Jadi siapapun yang masuk UMS, saya kira akan menikmati bagaimana Islam itu diterapkan di kampus kita tercinta ini. Sehingga mereka merasa aman dan nyaman, karena lingkungan UMS mendukung mereka untuk bersemangat dalam belajar," paparnya.
Keberagaman itu sebuah keniscayaan dan itu pasti akan menjadi bagian dari sesuatu yang tidak terpisahkan dari peradaban global.
"Hal tersebut dapat dilihat dari keragaman UMS, mulai dari keragaman mahasiswa yang memiliki berbagai agama dan negara yang berbeda-beda, dan UMS mewadahi kemampuan dan keterampilan mahasiswanya," tegasnya.
Berdasarkan data, saat ini di UMS terdapat 31.519 mahasiswa Islam, 43 mahasiswa Katolik, 8 mahasiswa Protestan, 1 mahasiswa Budha dan 22 mahasiswa Hindu. (Fika/Humas)