Walaupun pada akhir-akhir ini kasus Rempang sudah mulai tenggelam karena berita-berita politik, terkait Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres). Maka dari itu, seperti pakar, pengamat, akademisi, dan masyarakat harus memberikan perhatian ke sana, untuk saudara di Rempang jangan sampai terdzolimi. Demi kemajuan dan untuk mempertahankan hak rakyat Indonesia di sana.
"Tadi setelah pembacaan puisi tersebut, banyak chat whatsapp yang masuk ke saya, banyak yang sedih dan ikut terharu. Bahkan ada yang menangis yang tak kuasa menahan air mata terutama disaat mengucapkan takbir bersama saat akhir pembacaan puisi," tambahnya.
Hal ini diperkuat oleh Rektor UMS, Prof., Dr., Sofyan Anif, M.Si., dia mengungkapkan dalam rangka memperingati Harijadi ke-65 UMS. Agar tidak menjadi rutinitas yang dilakukan setiap tahun, terdapat persembahan dari Guru Besar UMS terkait isu yang sedang ramai diperbincangkan.
"Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja, seperti kasus di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau itu yang penuh kezaliman, ketidakadilan, dan ketidak bijaksanaan terhadap masyarakat Indonesia sendiri. Bahkan banyak hak-hak yang dirampas untuk kepentingan orang asing," tegas Sofyan.
Menurutnya, ketika alasannya investasi harusnya masih banyak daerah lain. Sehingga tidak harus menggusur masyarakat.
"Tiba-tiba rumah masyarakat yang tinggal di bulldozer, digusur. Saya menangis betul melihat kondisi seperti itu. Sehingga perlu kita beri dukungan dan semangat agar tidak down. Itu salah satu kepedulian UMS dalam merespon kasus di Rempang," pungkas Rektor UMS itu. (Fika/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H