ums.ac.id, UMS - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjadi tuan rumah pelaksanaan Muktamar Pemikiran Ahmad Syafii Ma'arif yang diselenggarakan oleh Ma'arif Institut pada Sabtu, (12/11) dengan mengangkat tema "Islam Kebhinekaan dan Keadilan Sosial".
Muktamar Pemikiran Syafii Ma'arif ini sebagai langkah pengelaborasian pemikiran Ahmad Syafii Ma'arif oleh Maarif Institut menuju tercapainya cita-cita Buya Syafii, menjadikan Indonesia tetap utuh minimal sampai satu hari menjelang kiamat.
Prof., Dr., Haedar Natsir selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhamadiyah) dalam pemaparannya menyampaikan, perlu diingat kembali, bahwa perempuan Indonesia telah lama hadir untuk kebangkitan nasional menuju Indonesia merdeka, melalui kongres perempuan pertama.
"Maka letakkan juga bahwa Kongres Perempuan itu bukan hanya tentang kebangkitan Indonesia tapi juga untuk Indonesia Merdeka," ujar Haedar Natsir.
Menurutnya, berpandangan kritis terhadap sila ke-4 Pancasila yang menurutnya telah terjadi dekonstruksi secara ambyar, pasca reformasi, dalam kaitannya dengan praktik maupun konstruksi pemikiran.
"Intinya sebenarnya amandeman UUD 1945 dalam konteks sila ke-4 itu sudah menghapus sila ke-4," ujar Haedar.
Muktamar Pemikiran Ahmad Syafii Maarif diikuti 100 peserta dari berbagai kalangan, berbagai agama, dan lintas golongan, yang mewakili radius pemikiran tokoh nasional, Buya Ahmad Syafii Ma'arif.
"Termasuk agama-agama lokal," ujar Abd., Rohim Ghazali selaku Direktur Eksekutif Maarif Institut.
Rohim juga menyampaikan, kegiatan Mukatamar Pemikiran Ahmad Syafii Maarif merupakan salah satu rangkaian dari Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif.
Selepas kepergian Ahmad Syafii Maarif pada bulan Mei 2022, nampak banyak kalangan yang menghendaki pemikiran dan gagasan Ahmad Syafii Maarif terus disebarluaskan, untuk menyadarkan segenap masyarakat bahwa Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan kelompok kepentingan, sebagaimana Rohim Ghazali paparkan dalam sambutannya.