Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatulloh  MSi menjadi pembicara dalam acara Baitul Arqom Pimpinan Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Cabang (PC) Aisyiyah Waru di Graha Umsida, Trawas, (21/01/2024).
Saat menyampaikan materi, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) ini membahas tentang ciri pemimpin dalam Islam dan peran seorang pemimpin. Apalagi saat ini Indonesia semakin mendekati pemilihan presiden Pilpres 2024.
Lihat juga: Isi Kajian Ahad, Rektor Umsida Jelaskan Kejujuran vs Kemunafikan
Dalam paparannya, Dr Hidayatulloh  menyebutkan ada 7 ciri pemimpin dalam Islam, diantaranya:
Yang pertama, seorang pemimpin harus memiliki sifat Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Sifat itu berkaca pada empat sifat baik yang dimiliki Rasulullah dalam memimpin umatnya.
Yang kedua yakni pemimpin harus memiliki visi yang jelas. Karena dengan visi itulah yang nantinya mampu memberi petunjuk dengan benar. Rektor umsida tersebut merujuk pada surat As Sajadah ayat 24 yang artinya: Â Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.
Dr Hidayatulloh  mengutip salah satu kalimat yang pernah dikatakan oleh John C. Maxwell, "Kepemimpinan merupakan suatu tindakan, bukan sebuah jabatan, "A leader is one who knows the way, shows the way, and goes the way". Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan adalah sifat manusia yang mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang etis memiliki pengaruh positif bagi orang-orang yang dipimpinnya,".
Ciri pemimpin yang ketiga adalah kuat amanah ahli dan adil. Rektor Umsida itu merujuk pada QS. An-Nisa ayat 58 yang menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, menetapkan hukum di antara manusia dengan adil, memerintahkan kaum muslim untuk menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah, dan Allah melarang manusia untuk memihak atau zalim dalam memutuskan perkara.
Yang keempat adalah tidak boleh dzalim. Sebagaimana telah tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 124. Ayat ini menjelaskan bahwa kepemimpinan tidak terkait dengan keturunan, kelompok, dan agama. Allah menegaskan bahwa kepemimpinan itu harus jatuh pada orang yang tepat dan kompeten.
Seorang pemimpin harus memiliki kebijakan yang benar dan tidak mengikuti hawa nafsu yang sesuai dengan surat Shad ayat 26. Ayat ini mengingatkan Nabi Daud agar menjadi penegak hukum yang tidak mengikuti hawa nafsu. Ayat ini juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.Â
Ciri pemimpin yang keenam, adalah orang yang tentunya harus dekat kepada Allah dan Rasulnya. Hal ini tertuang dalam surat An Nisa ayat 59. Artinya, ketika terjadi perbedaan pendapat dalam suatu perselisihan, manusia harus berkaca pada Alquran dan Sunnah serta ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Ulil Amri sepanjang mereka tidak menyuruh untuk berbuat maksiat.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!