Kedua analisis ini, kata Tofan, bertujuan untuk mengetahui akar dari permasalahan kegagalan PD Agrotama Mandiri yang tidak bisa mencapai tujuannya, serta model bisnis kanvas untuk mengetahui model bisnisnya. Sedangkan untuk analisis investasinya Tofan menggunakan top down analysis, yaitu menganalisis dari kondisi makro, industri kemudian ke perusahaan. Untuk analisis ke perusahaan, ia memakai analisis NPV dan IRR.
Faktor tidak sehatnya BUMD
Setelah melangsungkan kegiatan sekitar 2 bulan Tofan menjelaskan beberapa hasil dari FGD ini. Menurutnya faktor utama yang paling berpengaruh dalam kasus tersebut adalah dari sumber daya manusianya.
"Karyawan di BUMD ini tidak kompeten dan tidak amanah (terjadi fraud/korupsi). Lalu ada faktor metode yang juga mempengaruhi. Sejak awal berdirinya BUMD ini tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas untuk mengatur kegiatan operasional perusahaan," ucap Tofan.
Lihat juga: Milad Ke 111, dari Kontribusi Sampai Tantangan Persyarikatan Muhammadiyah
Faktor ketiga, lanjutnya, tidak ada KPI yang jelas sehingga membuat sedikit sulit dalam melakukan analisis gap. Namun intinya, perusahaan ini belum mempraktekkan Good Corporate Governance (GCG) dalam menjalankan usahanya. Dan faktor terakhir, Tofan menemukan bahwa pemerintah daerah terlalu ikut campur dalam pelaksanaan operasional perusahaan.
Rencana kedepan hasil FGD
Setelah melaksanakan FGD, akan dilakukan evaluasi dan analisis investasi PD agrotama Mandiri kedepannya akan ada pertemuan lanjutan hasil evaluasi dan analisis investasi dengan luarannya berupa naskah akademik kegiatan tersebut.
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H