Akhir-akhir ini viral di media sosial tentang seorang ibu yang akan membuang bayinya di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ibu tersebut nekat melakukan percobaan bunuh diri dengan cara membawa bayi di rel Kereta Rangkaian Listrik (KRL). Banyak warga internet yang berasumsi bahwa ibu tersebut mengalami baby blues.Â
Pada sebagian orang mungkin menanyakan apakah Baby blues itu sesuatu yang benar-benar terjadi atau hanya kelainan ibu saja? Atau mungkin hanya keadaan yang dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Dalam tulisan ini, kita akan membahas baby blues bersama Lely Ika Mariyati, M.Psi., Psikolog, pakar psikologi Umsida.Â
Lihat juga:Â Tanggapi Judi Online, Pakar Hukum Umsida: Aparat Bisa Bekerjasama dengan Google
Pengertian Baby Blues
Baby blues adalah situasi emosi yang tidak nyaman  yang terjadi pada ibu setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi beberapa hari hingga sekitar dua minggu pasca melahirkan yang diakibatkan oleh perubahan hormonal. Hal itu tentu membuat sang ibu merasa tidak nyaman.Â
"Kondisi ini biasanya berangsur-angsur menghilang secara alami tanpa ada treatment khusus. Rasa tidak nyaman bisa dalam bentuk lelah tapi tidak bisa tidur, kecemasan terjadi sesuatu pada diri dan bayi sehingga sering diamati tanpa ada dasar yang pasti, bingung, tiba tiba menangis, dan lainnya," ucap Lely.
Apa Baby Blues Termasuk Gangguan Kecemasan?
Baby blues memang mengganggu emosi dan pikiran ibu setelah melahirkan. Namun, Lely menerangkan jika baby blues tidak masuk dalam kategori gangguan kecemasan walaupun ciri-cirinya mirip dengan depresi ringan. Gejala baby blues yang menguat setelah dua minggu pasca kelahiran dapat dikategorikan dalam gangguan psikologi yang disebut dengan depresi pasca melahirkan.
Situasi  depresi pasca melahirkan, sambungnya, dapat terjadi karena situasi lain selain hormon tersebut. Misalnya situasi tekanan lingkungan, ketidaksiapan, dan kondisi ibu itu sendiri. jadi sangatlah berbeda  baby blues dengan depresi pasca melahirkan.Â
Lihat juga: Cegah Gerakan Radikal Melalui Integrasi Darul 'Ahdi wa Syahadah