Oleh karena itu, melalui program ini, pemerintah akan memberikan upah sebesar 10 juta rupiah per bulannya. Menurut Intan, penawaran itu jelas bertujuan untuk menarik minat generasi muda dalam menggeluti dunia pertanian dengan memanfaatkan teknologi modern dan inovasi.Â
"Semoga ini menjadi komitmen nyata dari Kementan untuk memajukan sektor pertanian Indonesia. Dan semoga program ini dapat mengatasi persepsi bahwa bertani bukanlah profesi yang menjanjikan, serta mendorong generasi muda untuk aktif berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Optimalkan Penerapan Teknologi Pertanian
Adanya program petani milenial adalah untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.Â
Intan menyebutkan beberapa teknologi pertanian yang bisa digunakan seperti:
- Â Petani sudah tak harus berlumpur menggunakan hewan untuk membajak sawah. Salah satu teknologi yang direkomendasikan oleh Kementan yaitu transplanter untuk menanam padi.
- Â Tidak perlu lelah melakukan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida di lahan pertanian karena sudah ada drone yang mampu melakukan semua aktivitas tersebut, jadi aktivitas pertanian bisa serasa "bermain" gadget.
- Â Menggunakan Indo Combine Harvester, yaitu alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.
- Mesin Pemetik Kapas, Mesin Pemanen Kentang, Mesin Pemanen Jagung, Mesin Pemanen Tebu, dan lain-lain.
- Â Petani tidak perlu memilih secara manual melainkan cukup menggunakan mesin pemilih bibit yang digunakan untuk tahap seleksi bibit unggul. Misalnya digunakan pada pemilihan bibit unggul Jagung Hibrida.
- Â Jika tak ingin tangan kotor karena tanah, maka menanam dengan menggunakan media tanam selain tanah misalnya bertanam dalam hidrogel yaitu bahan polyester yang mempunyai daya serap terhadap air sangat tinggi.Â
- Â Jika panen melimpah, petani tak risau tentang pemasaran, karena saat ini sudah semakin banyak pasar pertanian "virtual".
Intan berkata, "Dengan adanya teknologi tersebut menjadikan pertanian konvensional berubah menjadi pertanian modern karena pertanian tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi,".
Maka dari itu lah, tambahnya, kaum muda atau petani milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital hal ini penting peranannya.Â
Menggunakan Metode Smart Farming
Selain itu, Intan juga menjabarkan bahwa dalam menghadapi ancaman krisis pangan, pemerintah perlu memperkuat produksi hasil  pertanian dan ketersediaan pangan lokal untuk menggantikan komoditas pangan impor dengan usaha pertanian cerdas atau smart farming 4.0
Ketua pusat studi SDGs Umsida itu mengatakan, "Smart farming 4.0 adalah metode pertanian berbasis kecerdasan buatan telah menjadi andalan Kementerian Pertanian di era digital. Smart farming 4.0 menjadi peluang  terutama petani milenial sebagai pelaku untuk mendorong budidaya pertanian menjadi efisien, terukur, dan terintegrasi,".
Oleh sebab itu, imbuhnya, peluang dan potensi petani milenial sebagai pelaku smart farming 4.0 dan kebijakan pemerintah terkait hal tersebut perlu diidentifikasi dan dianalisis, serta rekomendasi pengembangannya menjadi sangat penting untuk diketahui.
Smart farming 4.0 yang identik dengan pertanian presisi memungkinkan petani untuk mengenali variasi di lapangan sehingga dapat memainkan peran dalam intensifikasi, efisiensi pertanian, dan kelestarian lingkungan.
Berbagai jenis teknologi smart farming 4.0 ,yaitu:
- Â blockchain yang dapat memudahkan keterlacakan supply chain produk pertanian untuk pertanian off farm modern,
- Â Agri drone sprayer (drone menyemprotkan pestisida dan pupuk cair), drone surveillance (drone untuk pemetaan lahan)
- Â Soil and weather sensor (sensor tanah dan cuaca)
- Â Sistem irigasi cerdas (smart irrigation)
- Â Agriculture War Room (AWR)
- Â Siscrop (sistem informasi) 1.0 telah diterapkan di beberapa daerah.