"Tidak boleh!" jawab mereka serentak saat ditanya apakah boleh mengejek teman.Â
Lely menambahkan, "Kegiatan ini adalah implementasi dari ajaran Islam tentang hablum minallah dan hablum minannas. Kita sebagai sesama muslim harus saling menyayangi dan menyejahterakan, bukan saling menyakiti,".
Sosialisasi seperti ini, katanya, harus dilakukan secara terus-menerus untuk membangun budaya baik sejak dini. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan kebiasaan baik yang nantinya bisa menjadi budaya positif di sekolah.Â
"Kita tidak boleh mentolerir perilaku buruk yang bisa berkembang menjadi budaya tidak sehat," tegasnya.
Tepuk Anti Bullying dan Pesan Moral
Sebagai penutup kegiatan kampanye anti bullying, tim mahasiswa KKN-T mengajak anak-anak untuk menyanyi dan bertepuk tangan bersama. "Tepuk Anti Bullying" menjadi momen yang paling dinantikan oleh anak-anak. "Tepuk Anti Bullying... Jangan suka menyakiti, Jangan suka memukuli, Jangan suka caci maki. Bullying... Bullying... NO! Sayang Teman... YES!," seru Adilah, salah satu anggota tim KKN-T, yang memandu anak-anak memperagakan gerakan tepuk tersebut.Â
Baca juga: KKN-P 15 Umsida dalam Gerakan Pendidikan, Sosialisasikan Bullying Hingga Perbaikan Sarpras
Respon anak-anak sangat positif, terlihat dari antusiasme mereka saat mengikuti setiap sesi kegiatan.Â
"Asyik main bersama kakak-kakak, menonton film, menyanyi, dan dapat hadiah. Pokoknya senang sekali," ujar Yasmin, salah satu siswa yang mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai.Â
Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan bebas dari bullying.Â
Dengan terus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menghentikan bullying, diharapkan kasus-kasus kekerasan di sekolah bisa ditekan, dan anak-anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Penulis: Intan Nical Wahyu Tifany