Konflik antara Palestina dan Israel masih bergejolak. Dukungan untuk tanah kelahiran para nabi tersebut masih digaungkan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hal tersebut nampak pada prosesi wisuda ke-43 Umsida sesi dua yang digelar Sabtu siang, (29/06/2024).
Baca juga: Bisakah Islam Membuat Perdamaian? Apa Solusi Konflik Israel-Palestina?
Dalam acara tersebut, terdapat satu momen ketika sambutan yang disampaikan oleh wakil ketua Badan Pembina Harian (BPH) Umsida, Prof Achmad Jainuri MA PhD yang menyampaikan tentang konflik Palestina dan Israel. Selain itu, ada pula momen menyanyikan lagu "Gaza Tonight" oleh seluruh hadirin.
Penjelasan konflik Palestina dan Israel
Ia mengatakan bahwa konflik antara Palestina dan Israel bukanlah konflik agama, melainkan konflik kemanusiaan yang menjadi persoalan global. Menurutnya, konflik in memang sulit diatasi, bahkan tidak mampu, bahkan oleh dunia sekalipun.
Alasannya tidak lain karena semua perangkat lunak berupa undang-undang dan perangkat keras berupa persenjataan didukung oleh negara-negara adikuasa, yaitu Amerika dan Eropa. Alat-alat tersebutlah yang dijadikan amunisi untuk melakukan genosida, penghancuran umat manusia di Palestina.Â
Awal mula konflik Palestina dan Israel
Setelah itu, ia menjelaskan tentang asal-usul bangsa Palestina. Sebenarnya, Palestina sudah ada sejak 3.900 Sebelum Masehi (SM). Bangsa Palestina merupakan anak buah dari nabi Kan'an, yaitu anak Nabi Nuh, dari sinilah awal mula bangsa Palestina. Negara ini juga dijuluki sebagai tanah kelahiran para nabi. Setidaknya ada empat nabi yang lahir di tempat suci tersebut, diantaranya, Nabi Daud, Nabi Ismail, Nabi Yunus, dan Nabi Isa.
"Dan bangsa Palestina itu bukan hanya beragama Islam, walaupun yang nampak dalam memperjuangkannya adalah kaum muslimin. Namun nyatanya, di negara tersebut ada penduduk dari berbagai agama, seperti Kristen dan Yahudi," tutur Prof Jainuri.
Oleh karena itu, sambungnya, dahulu kota Yerusalem dikukuhkan sebagai ibukota tiga agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Yahudi yang dimaksud dalam konteks ini bukanlah Yahudi yang dimobilisasi oleh Theodor Herzl dengan paham zionisme yang menjadi awal mula berdirinya negara Israel, tetapi Yahudi yang memang penduduk Palestina.
Baca juga: Rektor Umsida: Aksi Bela Palestina Merupakan Cara Kita Menjalankan Konstitusi
Dahulu pernah diadakan kesepakatan bahwa diaspora Yahudi akan ditempatkan di Amerika Latin. Namun ternyata, dalam proses sejarah dengan upaya dan legitimasi keputusan yang disponsori oleh Inggris pada tahun 1908 memunculkan negara Yahudi dan diresmikan menurut keputusan (persatuan bangsa-bangsa) PBB.Â