Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menikmati Liburan di Desa Yang Permai

29 Desember 2024   08:36 Diperbarui: 29 Desember 2024   13:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pagi di pedesaan ( dokpri)

Saat ini masih liburan sekolah. Banyak yang menikmati liburan ini dengan berkunjung ke tempat wisata atau pun ke sanak keluarganya dikota lain. Sering kita mendengar atau membaca, orang menikmati lburan ke rumah nenek didesa. Menikmati suasana keindahan desa yang permai nan tentram dan damai. Menjauh sejenak dari rutinitas pekerjaan dikota yang kehidupannya penuh bising dan ramai, menikmati alam indah yang tenang.  Pasti itu healing yang sangat menyenangkan bagi mereka.  

Kehidupan desa yang tenang, dengan area pertanian sawah yang luas menjadi tempat  healing kami sehari-hari. Kami asli tinggal didesa yang tidak begitu jauh darikota, sekitar 5 kilometer. Desa kami masih banyak area pertanian sawah yang banyak memproduksi padi. Jadi untuk makan sehari-hari kami tidak usah membeli beras, dari hasil sawah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami dan biaya sekolah anak.

Kembali ke tema liburan. Kita tidak hanya pergi jauh ke tempat wisata yang mengeluarkan banyak uang unuk menikmati liburan. Kita bisa menikmati liburan yang menyenangkan dengan hati bahagia dilingkungan kita. Setidaknya itu yang saya alami. Liburan keluar kota sangat baik dilakukan bila kita sudah mempunyai rencana dan anggaran. Kami juga sudah melakukannya diawal liburan sekolah dengan berkeliling ke tempat wisata di Jogjakarta. Namun hanya didesa tempat kita tinggal, hati bisa sangat bahagia.

Seperti yang saya alami dipagi hari. Setelah matahari baru muncul, saya mengeluarkan sepeda. Kostum olah raga sudah saya kenakan. Saya kayuh sepeda dengan pelan sambil menghirup udara pagi yang segar. Jalanan desa masih sepi, hanya beberapa motor yang melintas. Saya menyusuri jalan yang disebelah kirinya sawah pertanian. Saat ini sedang musim tanam, banyak sawah yang akan ditanami hari ini. Hamparan sawah yang sudah dipenuhi air dan ikatan-ikatan bibit padi sudah disebar dibeberapa bagian sawah. Semburat sinar matahari yang berwarna jingga membuat air sawah berkilau. Ada juga yang baru dibajak, berarti juga persiapan tanam. 

Didepan saya melihat beberapa sepeda diparkir dipinggir jalan, didekat sawah. Sepeda-sepeda itu milik para ibu yang bekerja menanam padi ( Jawa: tandur). Dan saya melihat ibu-ibu berbaris menanam padi dan  hampir sawah tersebut sudah ditanami bibit padi. Padahal masih pagi tetapi lahan tersebut sudah hampir selesei karena biasanya mereka berangkat setelah sholat subuh. Ketika pagi-pagi buta mereka sudah berada disawah.

Para pekerja sawah sekarang keren. Mereka memakai kaos yang sama, menunjukkan adanya komunitas. Jadi bukan pegawai saja yang berseragam, ibu-ibu pekerja disawah juga berseragam.  

Saya melewati mereka dan terus mengayuh sepeda dengan santai. Tujuan saya yaitu pasar tradisional. Didepan pasar sudah terpakir banyak sepeda motor. Saya mencari celah untuk memarkir sepeda saya. Walaupun tampaknya hanya saya yang membawa sepeda tetapi saya tidak sedih. Saya memang memilih membawa sepeda, untuk olah raga pagi santai menikmati pagi.

Setelah berbelanja sayur dan lauk, saya kembali menuju sepeda saya. Saya letakkan belanjaan dikeranjang sepeda dan siap untuk mengayuh pulang.

Dalam perjalanan pulang saya berpapasan dengan ibu-ibu pekerja sawah tadi. Mereka mengayuh sepeda berbaris menuju ke sawah berikutnya yang akan mereka tanami. Mereka sudah mendapat pesanan dari pemilik sawah untuk tanam, jadi mereka juga sudah membuat jadwal sawah mana saja yang akan ditanami.

Kami saling menyapa, saya kenal karena mereka satu desa dengan saya. Para pekerja sawah yang gigih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Nanti bila padi sudah tumbuh tinggi mereka juga bekerja mencabut rumput-rumput yang mengganggu tanaman padi. Dan bila musim panen, mereka juga yang membantu bapak-bapak memanennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun