Mohon tunggu...
Umi Lestari
Umi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis untuk hiburan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Pertama Naik Bus

26 November 2024   08:05 Diperbarui: 26 November 2024   10:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ini bukan pengalaman pertama kali naik bus, tetapi pengalaman pertama kali naik bus ke madrasah di hutan. Saya mendapat tugas di madrasah baru yang letaknya dikawasan hutan. Ini madrasah ke 3 tempat saya bertugas. Sudah banyak tulisan  tentang pengalaman selama bertugas dimadrasah di daerah hutan.

Dahulu beberapa tahun yang lalu saya sering naik bus, naik dari terminal ke madrasah pertama saya bertugas. Setelah mutasi ke madrasah ke 2 yang jaraknya dekat dengan rumah, saya tidak naik bus lagi. Saya naik motor.

Kali ini saya tulisankan pengalaman saya naik bus pertama kali ke madrasah dikawasan hutan. Biasanya setiap hari saya naik mobil sendiri. Menyetir dari rumah sekitar 40 menit sampai ke madrasah dalam menempuh jarak 25 km. Sudah 5 bulan lebih saya menjalaninya setiap hari.

Namun karena kemarin ada sedikit accident dijalan raya yang menyebabkan mobil saya rusak. Mobil saya ditabrak dari belakang yang akan menyelip.  Dan orangnya tidak mau bertanggung jawab alias melarikan diri. Walaupun masih bisa berjalan normal tetapi harus masuk bengkel karena memerlukan perbaikan dan pengecatan agar bodynya normal lagi. Oleh sebab itu saya harus naik bus pada hari ini.

Bagi yang sudah biasa naik bus, hal ini biasa saja. Namun bagi saya yang akan naik bus pertama kalinya sesuatu banget. Malamnya saya harus menyiapkan apa saja yang saya bawa. Labtop, charger, dompet, traveling mukena dan alat tulis. Barang-barang yang tidak terlalu penting saya tinggalkan agar tas tidak berat.  Ah, seperti akan bepergian jauh... hehe. Padahal cuma pergi ke madrasah.

Dan saya sudah menghubungi seorang guru yang rumahnya dekat dengan madrasah untuk menjemput saya setelah turun dari bus. Dari pemberhentian bus ke madrasah masih ada 2 km lagi. 

Saya harus berangkat lebih pagi ke terminal bus. Takut ketinggalan bus atau barangkali busnya sulit ( jarang). Sampai-sampai saya minta ditemani suami sewaktu menunggu bus. Lebay.... Ternyata setelah sekian lama tidak naik bus, dan akan memulai lagi, saya harus memerlukan rasa percaya diri dan keberanian lagi.  

Saya segera naik bus dan alhamdulillah bertemu dengan rekan-rekan guru satu madrasah. Mereka  setiap harinya naik bus. Lega rasanya ada teman satu tujuan... tidak kawatir atau ragu turunnya dimana. Didalam bus banyak penumpang ibu-ibu berseragam dinas berwarna keki. Tampaknya mereka guru-guru juga namun beda kementerian dengan kami. 

Setelah bertegur sapa dan berbincang, saya mulai menikmati perjalanan. Pemandangan hutan dikanan dan kiri jalan yang setiap hari saya lewati, namun tidak pernah saya perhatikan karena konsentrasi menyetir saat mengendarai mobil sendiri.

Dan rasanya naik bus? Senang... asyik dan santai. Tidak tegang mengemudi. Dan rasa-rasanya saya ingin naik bus lagi suatu saat nanti.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun