"Bu, tolong tetap save nomor saya sampai saya kerja ya..." hati saya tersentuh dengan permintaannya.
Saya menyetujuinya dan juga mendoakannya semoga ia sukses di masa depannya. Â
" Ya, SATRIA RAJIN MENGAJI."
Saya sebut namanya sesuai yang tersimpan di HP saya. Tentu nama lengkapnya bukan seperti itu, saya hanya menyimpan sesuai dengan nama yang tertulis di Hpnya waktu itu.
Ia menjawab dengan emoji tertawa lalu menjawab,
" Semoga istiqomah ya Bu."
Obrolan singkat malam itu dengan siswa yang dulu pernah saya ajar memberi kesan bahwa sesungguhnya tidak ada mantan siswa atau mantan guru. Walaupun sudah tidak lagi mengajar karena siswa melanjutkan ke jenjang yang lebih atas, walaupun jarak telah memisahkan, namun hati guru selalu ada untuknya.
Guru akan merasa berbahagia bila siswa yang dulu diajar menjadi orang sukses. Akan lebih berbahagia lagi tatkala setelah siswa sukses, ia akan teringat kepada guru-gurunya yang telah mengajar, mendidik, membina, menyayangi serta mendoakannya. Sejatinya tidak ada istilah mantan siswa dan mantan guru. Mereka tetap siswa yang ada dihati para guru. Â
Masa depan anak juga tidak ada yang tahu. Siswa yang dulunya bandel, nakal dan sebagainya belum tentu ia tidak berhasil dimasa depannya. Justru harus didoakan supaya ia bisa berubah baik dan menjadi anak yang berhasil.
Mudah-mudahan, julukan SATRIA RAJIN MENGAJI membawa perubahan pada dirinya. Terbukti ia mengatakan, Â semoga istiqomah. Berarti ia telah melaksanakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H