Â
Senang berkesempatan pergi ke Thailand, negara gajah putih pada akhir tahun lalu. Kami pergi berombongan dengan sebuah biro. Sebenarnya tujuan utamanya adalah konferensi Internasional di sebuah kampus di Malaysia. Setelah itu kami mengagendakan untuk mengunjungi Thailand. Â Â
Dari perbatasan Malaysia ke Thailand hanya memakan waktu beberapa jam dengan bus. Bus itulah yang membawa kami mulai dari Bandara Malaysia, kemudian mengantar rombongan ke berbagai tempat di Malaysia seperti ke Menara Petronas di Kuala Lumpur, Â University Saint Malysia, wisata cable car di Penang dan ke toko oleh-oleh.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Thailand. Memasuki wilayah Thailand, kami didampingi oleh seorang guide. Dia asli seorang muslim Thailand yang sudah fasih berbahasa Indonesia. Sepanjang perjalanan guide tersebut menceritakan banyak hal tentang Thailand. Masyarakatnya, budaya, agama, makanan, gaya hidup dan sebagainya, diceritakan oleh pemandu tersebut.
Sebagian besar warga Thailand adalah beragama Budha. Jumlahnya hampir 94% dari jumlah penduduk. Lainnya Agama Islam dianut hanya 4% persen warga Thailand, sisanya penganut agama Katolik dan Hindu.
Bila dilihat persentase diatas maka orang Budha sangat mendominasi di Thailand. Hal itu sangat berpengaruh bagi kami yang mengunjungi negara ini. Apa pengaruhnya? Pasti kita tidak sebebas didaerah kita bila membeli makan. Babi sangat umum didijual dinegara ini. Oleh sebab itu biro yang mengurusi rombongan kami sudah membooking hotel dan restoran muslim.
Guide yang memandu kami memberi tips bagaimana memilih makanan halal bila kita ingin membeli di pasar atau pusat makanan bila kita tidak berada dihotel. Karena pengunjung tidak bisa bahasa Thailand, mereka menuliskan harga didepan makanan yang dijual. Tentu tidak ada tulisan 'halal' atau tidak.
Caranya memastikan makanan yang dijual halal atau tidak, menurut guide kami adalah kita lihat penjualnya. Bila penjualnya memakai jilbab, berarti ia muslim. Makanan yang dijual pasti makanan halal. Atau bila penjualnya laki-laki maka kita bisa melihat tempatnya. Barangkali ada Alqur'an, kaligrafi atau semacamnya yang menunjukkan bahwa dia muslim. Bila tidak ada tanda-tanda itu maka kita jangan sembarangan membeli.
Dalam perjalanan menuju hotel kami makan malam disebuah restoran muslim. Tempatnya ramai, saat kami datang pelayannya sibuk mempersiapkan makanan untuk kami. Menurut pemilik resto tersebut kami disambut dengan menu andalan yaitu tomyam seafood.
Setiap meja maksimal untuk 6 orang. Jadi hanya ada 6 kursi yang didepannya tersedia tomyam seafood dan menu masakan yang semuanya sangat lezat. Tomyam disini jauh lebih lezat bila dibandingkan yang pernah saya cicipi di daerah kami. Nikmat sekali merasakan tomyam didaerah asalnya, Thailand. Masakan lainnya juga nikmat. Semuanya cocok dilidah kami.
Kami sampai dihotel. Hotel khusus untuk muslim, yang menu hidangannya pasti halal. Satu yang dikatakan oleh guide adalah kami harus mencoba naik Tuk-Tuk. Saya penasaran, seperti apa wujudnya. Ternyata Tuk-Tuk adalah kendaraan beroda 3, yang hampir mirip seperti bemo.