Sebut saja dia Bunga dan Lelaki itu Rafa. Mereka menjadi lebih dekat satu sama lain. Sama-sama membutuhkan, sering menghabiskan waktu bersama offline maupun online. Bunga butuh Rafa dan Rafa butuh Bunga. Kedekatan itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya, mengalir  tanpa ada paksaan.Â
Meski begitu, lambat laun mereka kebingungan dengan perasaan masing-masing. Awalnya mereka berteman karena mereka satu sekolah yang sama, kebetulan memang mereka satu kelas yang sama. Hal itu membuat mereka jauh lebih dekat. Dari cerita sedih sampai cerita bahagia, mereka saling berbagi detail cerita.Â
Tidak mau merasakan bahagianya sendiri, apalagi sedih. Satu sama lain pasti langsung tau kalau ada sesuatu yang tidak mengenakan sedang terjadi. Tanpa menunggu lama, mereka saling menanyakan kabar. Mereka berbagi perasaan dan saling memberi masukan bila mana membutuhkan.Â
Berlangsung dalam waktu singkat, diantara Bunga dan Rafa mereka mengakui perasaan aneh ada padanya. Perasaan itu bukan untuk pertemanan, namun lebih dari teman. Rasa peduli, rasa takut ditinggalkan, rasa cemburu dia bisa tertawa bersama yang lain itu sangat melukai perasaan.
Ternyata mereka memiliki perasaan yang sama. Bagaimana mereka tidak memiliki perasaan seperti itu, mereka menghabiskan banyak waktu sebagai teman, tapi diselimuti perasaan menggelitik lainnya. Pengakuan tersebut membuat mereka agak sedikit canggung, beda saja rasanya dari teman jadi demen, hahahahhaa....
Hingga saatnya salah satu diantara mereka, memutuskan untuk tidak melanjutkan semua yang sudah dimulai bersama. Kalau-kalau ini terus dilanjutkan, diantara Bunga dan Rafa akan ada yang semakin tersakiti. Tepatnya Bunga yang memutuskan pertama. Semata-mata ingin menyelamatkan perasaan masing-masing.Â
Perasaan ini tidak benar adanya. Sesungguhnya ini bukan setulusnya perasaan Bunga pada Rafa. Ego membelenggu perasaan Bunga, memalsukan semua seakan perasaan itu nyata adanya. Rasanya salah, tapi waktu yang sudah tepat. Semua itu dilakukan karena Bunga tidak ingin Rafa membagi perhatiannya pada yang lain, melainkan hanya untuknya saja. Meskipun seutuhnya perasaan Rafa hanya sebatas membutuhkan teman berbagi seperti Rafa.
Pesan tersirat dari semua ini adalah untuk jangan terlalu terburu-buru dalam mengartikan sebuah perasaan. Bisa saja perasaan itu tidak benar adanya. Bisa saja itu hanya ego mu untuk memilikinya, karena kamu tidak mau ditinggalkan olehnya, tidak mau dia bersama yang lain dan hanya ada untuk mu saja.Â
Munafik jika tidak membenarkan bahwa kamu merasa dimiliki dan memiliki. Perhatian, pedulinya dan waktu semua ditujukan hanya padamu. Hal yang dipaksakan tidak akan berjalan dengan seharusnya. Pada akhirnya salah satu terluka atau dua-duanya akan sama-sama terluka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H