Rasa dalam persahabatan
Manusia akan terkesan mana kala belum terlihat keburukannya.
Lalu mengesampingkan kebenaran yang hakiki.
Ketika sudah di nampakkan keburukannya, ia baru sadar akan rasa yang selama ini dia tonjolkan, lalu cenderung menyalahkan yang pernah berbuat buruk, lalu meninggalkannya.
Lupa bahwa sebelumnya sudah mencetak luka yang tadinya melambungkan angan-angan.
Ketika buruk itu nampak, yang di pikirkannya adalah yang berbuat buruk itu akan jadi buruk selamanya, kemudian meninggalkannya.
Walaupun awalnya bersahabat, lalu tumbuh rasa, dan ketika nampak keburukan itu, walau awalnya bersahabat, rasa kecewa itu menjadikannya meninggalkannya tanpa sebab yang lain.
Apakah seperti itu yang namanya shahabat karib?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H