Tahun 2011, saya begitu bersemangat untuk bergabung dengan kompasiana. Sebagai ibu rumah tangga yang baru merasakan nikmatnya menulis, saya pun mencari beberapa website yang menawarkan citizen jurnalistik. Salah satu pilihan saya Kompasiana.
Kompasiana sebagai salah satu media sosial yang besar dengan member beragam dari Sabang sampai Merauke, juga member dari LN saya kira akan bisa menjadi tempat menuangkan ide-ide dan sharing bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Ah, mungkin kalau mikirin kemajuan bangsa kejauhan kali ya :-) engga usah terlalu muluklah, perbaikan diri dan keluarga dulu. Namanya sosmed, kan tempatnya sharing, tukar informasi dan membuka jaringan pertemanan seluas-luasnya.
Selama dua tahun, saya betah di Kompasiana dan menikmati tulisan-tulisan dari sesama kompasianer. Meskipun saya jarang komen. Kadang saya share artikel yang saya nilai layak baca kepada teman-teman di fesbuk atau twitter. Apalagi saat artikel saya yang sederhana, salah satunya pernah diapresiasi oleh admin masuk list highlight ( http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/15/kreatif-tanpa-bawang-merah-dan-bawang-putih-542347.html ). Senang? Tentu! Dan saya pun menyiapkan artikel-artikel lainnya.
Tapi, saat ini ada yang mengganjal di dalam hati saya. Ijinkan saya menuangkan isi hati saya ya. Semoga berkenan :-)
Kemarin malam saya membaca sebuah tulisan yang ditulis seorang Kompasianer (Bapak Gunawan, salam hormat pak :-) di sini http://hukum.kompasiana.com/2013/05/26/pks-piyungan-mencuri-artikel-kompasiana-559296.html ). Tolong dicatat, saya tidak sedang membela siapa-siapa, saya hanya ingin bertanya saja (meski saya engga tahu harus ke siapa, karena saya engga mampu komen di sana, situasi sudah tidak kondusif, mungkin dengan saya tanyakan di sini ada kompasianer yang bisa bersikap netral dengan masalah ini dan memberikan pencerahan, saya sih senang kalau pak Bintang juga muncul dan memberikan satu atau dua kata patah kata :-))
Apa tidak berlebihan mengatakan PKS Piyungan mencuri? Mungkin perlu ditelusuri dulu kebenarannya sebelum memvonis mencuri, karena vonis itu vonis yang serius sekali. Sekali peluru dimuntahkan kalau tidak meleset , ya pastinya membunuh seseorang.
Saya jadi kepikiran begini. Baru saja saya membaca sebuah artikel di Kompasiana, yang ditulis oleh Pak Ahmad Ahid ( http://politik.kompasiana.com/2013/05/25/memasak-daging-ala-koki-kpk-559134.html ) sama persis dengan tulisan yang dikirim beliau pak Ahmad Ahid ke Dakwatuna ( http://www.dakwatuna.com/2013/05/25/33843/masak-daging-ala-koki-kpk/#axzz2UMLm3b6v ) hanya tinggal melihat jam penayangannya saja :-)
Jadi, bisa jadi Pak Tengku Bintang memposting tulisannya di Kompasiana ( http://hukum.kompasiana.com/2013/05/25/prof-romli-atmasasmita-sandungan-berat-buat-kpk-562970.html ) juga mengirimkan artikelnya ke PKS Piyungan ( http://www.pkspiyungan.org/2013/05/prof-romli-atmasasmita-sandungan-berat.html ). Kan bisa jadi begitu (kalau salah, maafkeun ya pak tengku). Marilah kita budayakan tabayyun, cross check sebelum menjatuhkan vonis. Sebelum merugikan orang lain dan menyulut perpecahan. Saya kira, yang berhak membuat postingan mengingatkan T&C adalah admin Kompasiana, bukan Kompasianer :-) cmiiw ...
Kalau ada yang perlu diluruskan, luruskanlah dengan baik-baik, bukan membuat artikel dengan judul yang provokatif. Saya kira sebagai penulis, kita bisa memberikan "sentilan" yang berbobot tanpa merendahkan diri sendiri dan orang lain. Saya juga berterima kasih dengan ditayangkannya tulisan itu, saya jadi membaca dengan benar-benar dan teliti T&C. Ya, selalu ada hikmah dibalik kejadian kan :-)
Kepada Admin Kompasiana yang saya hormati, terima kasih telah menjalankan tugasnya sebagai moderator dan memantau aktivitas kompasianer. Semoga Kompasiana tetap menjadi salah satu sosial media yang dibanggakan karena berhasil menjadi tempat masyarakat menuangkan ide-ide cerdas dalam mencerdaskan bangsa dan keluarga.
“There is nothing to fear except the persistent refusal to find out the truth.” ― Dorothy Thompson
Salam Persaudaraan :-)