Mohon tunggu...
Ummul Khairi
Ummul Khairi Mohon Tunggu... -

Aceh.Muslimah.Mathematics Science.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sepanjang 2011 Lalu

1 Januari 2012   15:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

It's a New Year's Day. Hari ini tepat di awal tahun 2012. Jika runut kebelakang sejenak, ada beberapa hal yang menjadi prioritas, keinginan dan sesuatu yang terjadi tanpa terlintas pikir. Dan, kenyataannya adalah sesuatu yang diluar prediksi lebih banyak mengisi ruang hidup. Kenapa ya? Saya juga tidak mengerti. Kadang ketika menginginkan sesuatu, saya mati-matian ingin mencapainya. Jika keinginan itu berupa properti dan membutuhkan dana lebih, saya menabung. Bahkan sempat saya jadikan target berapa nominal perhari yang harus dikumpulkan agar properti itu berada di genggaman. Namun keadaan berkata lain. Dana itu terpakai untuk hal yang lebih urgent kadarnya. Lain lagi dengan prioritas utama saat ini. Kuliah dan Tugas Akhir. Saya menambah beberapa mata kuliah yang ingin diperbaiki. Padahal kadarnya tidak terlalu urgent. Artinya kadar nilai yang ada sudah memenuhi kecukupan untuk lulus, tapi hanya karena ingin menjadi lebih baik, akhirnya harus berubah haluan. Switch to plan B. Ujung-ujungnya, Tugas Akhir menjadi nomor kesekian untuk dibereskan. Huf!

Nah, bagian ini yang saya tidak pernah mengerti. Hadirnya orang-orang yang mengisi hidup sepanjang 2011. Berbagai konflik, permasalahan yang meruncing, keputusan, bahkan cinta. Ternyata, semua terjadi bukan tidak punya alasan. Seperti lingkaran umpamanya. Sembarang titik dari sebuah lingkaran akan ditempati oleh titik yang sama pula. Singkatnya, apa yang terjadi hari ini adalah akumulasi dari hari kemarin. Baik buruknya sebuah keinginan, bergantung dari apa yang diusahakan dan dipikirkan. Menulis resolusi adalah bagian dari usaha. Setidaknya ada sedikit usaha untuk menggenapkan keinginan dengan mendeskripsikan niat di kepala agar tidak lupa. Jadi, penting sekali itu daftar keinginan.

Kembali pada bagian "Yang saya tidak mengerti". Cinta misalnya. Siapa sih yang bisa memprediksi kapan ia datang dan pergi? Atau "ia" yang mengendap dalam waktu yang lama dan pada akhirnya harus pergi. Atau "ia" yang secara tak wajar telah menggerogoti hati. Atau "ia" yang secara perlahan mengambil setiap hari-hari. Sungguh cinta merupakan satu hal yang absurd di dunia. Pada tiap kasusunya, siapapun, termasuk saya tidak bisa meprediksi bagaimana akhirnya kelak. Sungguh saya bersyukur pada Tuhan Maha Segala. Untuk hadiah berupa hati yang dapat memutuskan dan menyimpan dalam rapat sebuah keabsurdan itu. Cinta.

Pada akhirnya, saya kembali berprinsip bahwa sebesar apapun capaian yang telah disusun matang, tetap Tuhan pula aktor utamanya. Sebuah hal klasik yang selalu kita dengar, manusia boleh berencana, namun Tuhan yang mengatur segala. Saya punya cara tapi Tuhan lebih berkuasa. Lalu satu hal yang menjadi kesimpulannya, bahwa Tuhan selalu menyukai sesuatu yang kecil tapi tetap dikerjakan secara berkala dari pada sesuatu yang besar tapi dikerjakan pada saat-saat tertentu atau sekali seumur hidup.

Meski kuasa Tuhan begitu melangit. Saya tetap akan berusaha di bumi. Menulis bagian yang ingin dicapai pada lembaran harian. Melihat. Tetap terus mengerjakan. Manjalani sisa hidup. Sampai akhirnya kembali membuka lembaran tersebut untuk dicoret sebagai daftar keberhasilan. Ah, tunai sudah semua janji.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun