Mohon tunggu...
Ummu Kulsum
Ummu Kulsum Mohon Tunggu... Wiraswasta - mompreneur

ingin menjadi manusia yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Seni dan Etika Menangkap Peluang

8 Maret 2023   01:03 Diperbarui: 8 Maret 2023   02:39 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker Kain. Dokumentasi Pribadi

Bulan Maret sekarang menjadi bulan bersejarah, dimana pada Maret 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa pandemi covid-19 telah memasuki negeri tercinta ini. Banyak cerita, banyak suka duka yang sudah terlewati. Dan yang pasti, banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Sudah bukan rahasia lagi, pandemi telah meruntuhkan ekonomi banyak orang dalam beberapa waktu. Ada yang berhasil bangkit dan ada yang kian terpuruk meski kondisi sudah membaik.

Salah satu pelajaran penting pandemi terhadap ranah perekonomian adalah bagaimana menghadapinya dengan tenang, agar bisa berpikir jernih. Karena pikiran yang jernih akan melahirkan aksi-aksi yang positif.

Sebagai pelaku usaha, saya pun seperti diterjang badai secara tiba-tiba. Hampir 50 % omset menghilang karena pemesanan berkurang drastis, akibat adanya WFH dan sekolah daring. Hal tersebut karena sebagian besar klien adalah perkantoran dan sekolah-sekolah. Lebih parah lagi, saya sedang hamil anak kedua dan baru saja menghabiskan tabungan untuk membangun rumah. 

Sesuai rencana, pembangunan rumah tersebut terwujud tanpa hutang bank sama sekali. Dan endingnya, kami tidak memiliki cadangan keuangan yang cukup saat pandemi datang.

Hal penting yang selalu saya syukuri, sebelum badai itu datang saya sedang merintis usaha lain. Tak disangka, rejeki datang dari usaha sampingan tersebut, yaitu konveksi. 

Pekan pertama pandemi, pemerintah melakukan kampanye penggunaan masker secara besar-besaran. Akibatnya, masker menjadi komoditas yang paling dicari. Persediaan masker medis pun raib, entah karena benar-benar laris atau ada oknum yang menimbun. Karena itu, masker kain pun menjadi solusi. Seperti nasib masker medis, masker kain ikut diburu masyarakat dimana-mana. Ada yang memang sadar untuk perlindungan, ada yang hanya cari aman tidak ditangkap operasi polisi di jalan. Hanya saja, harganya menjadi naik drastis, karena persediaan tidak seimbang dengan permintaan.

Awalnya saya membeli masker kain dan melihat bahwa sepertinya pembuatannya tidak begitu rumit. Saya pun berdiskusi dengan tim konveksi, dan sepakat untuk memproduksi masker. 

Setelah membuat 2-3 lusin, masker kain tersebut mulai dipromosikan. Hasilnya melebihi ekspektasi. Banyak sekali pesanan yang masuk, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk dijual kembali. Saya sudah percaya diri masker ini akan laku, karena harganya yang wajar dengan kualitas yang baik. 

Pesanan yang kian membludak cukup membuat kewalahan, karena harus memproduksi sendiri. Saya mengajak para penjahit yang dekat dengan rumah untuk bekerja sama. 

Hari pertama, sudah banyak yang datang. Mereka memiliki mesin jahit sendiri,tinggal memberi kain dan benang, serta menyampaikan beberapa ketentuan seperti model dan ukuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun