Mohon tunggu...
Money

Tren Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja

11 Oktober 2016   12:15 Diperbarui: 11 Oktober 2016   12:48 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekonomian Indonesia terus berkembang pada tahun 2014, namun tingkat pertumbuhan ekonomi global yang berjaln lambat tahun 2014 membuat tingkat pertumbuhan ini tidak sekuat tahun tahun sebelumnya. Tingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02 persen pada tahun 2014. Pada kuartal pertama 2015 perekonomian berjalan lebih lambat, denagn dengan tingkat pertumbuhan ekonomi secara kuartal di perkirakan sebesar 4,7 persen ini adalah perubahan dari kinerja tahun tahun sebelumnya, di mana negeri ini mampu mencapai tingkat pertumbuhan lebih dari 6 persen. Faktor utama yang di kaitkan dengan lambatnya pertumbuhan ini adalah penurunan harga harga komoditas global dan penurunan ekspor.

Ada dua faktor penting yang mendukung kinerja ekonomi yaitu permintaan domestic dan investasi. Tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di dukung oleh investasi baru untuk program program pengurangan kemiskinan serta kenaikan upah minimum sehingga mendukung peningkatan penghasilan keluarga dan mendorong permintaan rata rata. Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah sebesar 56,1 persen dari PDB pada tahun 2014. Mengingat jumlah penduduk di Indonesia di perkirakan bertambah menjadi 271 juta jiwa pada 2020 dan 306 jiwa di tahun 2035. Konsumsi pribadi yang kuat ini di perkirakan akan terus menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Faktor kedua untuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah investasi. Indonesia tenga mengalami peralihan menuju model pertumbuhan yang lebih di fokuskan pada investasi, di mana perluasan infrastruktur memainkan peran semakin penting dalam mempercepat pertumbuha ekonomi. Selam satudasawarsa mendatang, mempertahankan tingkat investasi yang tinggi akan memainkan peran penting dalam mencegah Indonesia agar tidak terjebak sebagai Negara berpenghasialan menengah ( middle income trap).

Tren di bidang formasi di pemodalan adalah bagian yang terkait dengan proses kebutuhan investasi di bidang prasarana bagi penduduk di perkotaan. Indonesia termasuk Negara tingkat perluasan urbanisasi  tertinggi di dunia dan perkiraan 68 persen penduduk Indonesia aka tinggal di perkotaan pada tahun 2025. Negara dengn tingkat urbanisasi yang tinggi membutuhkan investasi besar untuk membangun jalan jembatan dan berbagai jenis bangunan komersil. Memastikan kelangsungan dan daya tahan aset  melalui mekanisme jaminan mutu, dan pemilihan investasi yang memilik dampak pengganda ekonomi dan ketenagakerjaan yang tinggi, merupakan kunci dari keberhasialan upaya untuk mewujudkan manfaat dari investasi yang tinggi.

Tren urbanisasi juga terkait dengan perubahan setruktual dalam komposisi perekonomian Indonesia. Analisa tentang tren menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami peralihan untuk keluar dari perekonomian yang di dominasi sector pertanian berbasis desa menuju perekonomian yang memiliki pangsa kegitan ekonomi yang lebih besar di sector jasa di perkotaan.

Pasar tenaga kerja terus mengalami pekembangan sepanjang tahun 2014 mengalami perkembangan seepanjang tahun 2014 dan 2015, hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah pekerjaan dan penurunan angka pengganguran terbuka. Pada agustus 2014 di perkiraakan jumlah penduduk Indonesia mencapai sebesar 252, 7 juta jiwa dimana 121,9 juta menjadi bagaian dari angkatan kerja.

Perubahan dalam komposisi ekonomi bedasarkan sector membutuhkan investasi di dua bidang utama, termasuk investasi di bidang akses dan infrastuktur produktif, serta investasi di bidang lembaga pasar tenaga kerja yang mampu mendukung pengembangan sumber daya manusia ( SDM ).  Investasi di bidang pasar tenaga kerja untuk mendukung peningkatan produkvitas pekerja masih kurang dan membutuhkan perhatian yang lebih besar.  Secar khusus investasi di bidang lembaga penetapan upah akan menjadi faktor penting untuk memperoleh manfaat pertumbuhan yang akan di nikmati penduduk Indonesia.

Walaupun investasi di bidang pendidikan dan keterampilan penting dalam memperkuat kondisi ekonomi secara keseluruan dan pasar tenaga kerja, namun ada banyak strategi lain yang dapat mendukung peningkatan produktivitas. Sebagai contoh jumlah jam kerja memiliki dampak terhadap kesehatan dan produktivitas pekerja. Oleh karena itu, memahami tren jam kerja terutama jam kerja yng berlebihan, adalah penting dalam memantau kondisi kerja dan menigkatkan produktivitas.

Jam kerja yang lama dan berlebihan merupakan hal biasa di Indonesia. menurut UU ketenagakerjaan No 13 tahun 2003, lebih dari 40 jam perminggu di anggap sebagai jam kerja yang lama, sedangkan konvensi konvensi tentang jam kerja No 1 tahun 1919 dan No 30 tahun 1390 menyatakan bahwa lebih dari 48 per jam per minggu di anggap sebagai jam kerja yang berlebihan. Jam kerja yang berlebihan di hubungkan dengan jenis pekerjaan dan sector tertentu. Sebagai contoh pada agustus 2014 sebesar 55,7 persen operator pabrik, operator mesin dan tenaga praktis bekerja selama 48 jam atau lebih perminggu. Di samping itu, ada banyak pekerjaan jasa dan bagian penjualan di sector perdagangan, rumah makan dan hotel juga bekerja dengan jam kerja berlebihan.

Jam kerja berlebihan berhubungan dengan situasi di mana jam kerja yang lama di berbagai bidang menimbulkan antara lain cidera kerja dan absensi. Oleh karean itu jam kerja yang berlebihan berdampak terhadap produktivitas. Selama lima tahun terkhir, rata rata 32 persen pekerja di Indonesia bekerja dengan jam kerja berlebihan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun