Padahal pengereman aktivitas ekonomi sementara waktu akan mempersingkat waktu penanganan Covid-19 dibandingkan menggunakan solusi yang tidak konkret  selama ini (sumber). Bahkan dikatakan bahwa anggaran pemerintah hanya cukup untuk 2-3 bulan saja (sumber).
Beberapa fakta dan pernyataan para ahli tersebut semakin menunjukkan kejelasan bahwa kita hidup pada tata aturan yang penuh keraguan dalam menyelamatkan manusia. Harga sebuah nyawa manusia dinilai murah karena masih berpikir untung rugi dalam kacamata ekonomi.Â
Uang (materi) menjadi tolak ukur dalam berbagai kebijakan sistem tersebut atau dikatakan kita hidup pada tata aturan sistem politik kapitalis (modal). Padahal, Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda "Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkannya terbunuh seorang mukmin tanpa hak" (HR. Nasa'i).
Larangan mudik bisa menjadi salah satu faktor penghambat penyebaran virus Covid-19, namun ternyata menyisakan persoalan sosial yang tak kalah rumitnya. Rata-rata pemudik adalah orang-orang yang tak punya penghasilan lagi akibat di-PHK atau dirumahkan oleh perusahaan. Ketika mereka dicegah mudik, muncul persoalan ekonomi, bagaimana mereka akan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara di kota tidak ada keluarga atau sanak saudara yang bisa membantu.Â
Kebijakan larangan mudik ini juga harus diimbangi dengan tindakan pemerintah untuk menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dari sisi ekonomi. Jika tidak, malah akan menambah persoalan baru, yaitu bencana kelaparan di tengah-tengah masyarakat. Â Â Â
Mari kita  bercermin pada kepemimpinan seorang Khalifah Umar bin Khattab r.a. saat menghadapi musim paceklik dan kelaparan yang menimpa rakyatnya. Beliau berkorban demi rakyatnya dengan mencukupkan diri hanya makan cuka dan minyak sehingga menyebabkan kulitnya menghitam. Bagi Sang Amirul Mukminin, perut rakyat harus tetap diprioritaskan dalam kondisi kenyang terlebih dahulu dibandingkan dirinya.Â
Khalifah Umar bin Khattab r.a. sebagai pemimpin segera membagikan makanan dan uang dari Baitul Mal. Hal tersebut menyebabkan gudang makanan dan kas Baitul Mal menjadi kosong. Amirul mukminin tidak pernah berpikir soal pertumbuhan ekonomi ketika didapati kas Baitul Mal menjadi kosong. Bagi Amirul mukminin yang diutamakan adalah keselamatan rakyatnya.Â
Selanjutnya, Sang Khalifah menyurati dua Gubernur (Wali) untuk mengirimkan bantuan ke wilayah yang mengalami musim paceklik. Beliau memastikan jangan sampai ada warga negara yang kelaparan di tengah musibah tersebut.Â
Kisah lain yang masyhur dari Sang Khalifah bersama istrinya Ummu Kultsum ra., yaitu menyelamatkan nyawa seorang ibu yang akan melahirkan di tengah perjalananya sebagai musafir. Khalifah Umar bin Khattab  ra. memasak sendiri untuk pasangan suami istri yang tengah menghadapi persalinan. Maasha Allah, semua dilakukan demi menyelamatkan nyawa manusia.
Di samping itu, Islam telah mengajarkan  kepada umatnya untuk saling membantu saudaranya yang ditimpa kesulitan. Bahkan dikatakan tidak beriman seorang muslim apabila didapati tetangganya mengalami kelaparan sementara dirinya dalam kondisi kenyang (H.R. Ath-Thabarani).Â
Ajaran Islam yang lain termasuk larangan untuk memasuki wilayah wabah dan larangan untuk ke luar dari wilayah wabah bahkan seorang muslim yang bersabar untuk tetap tinggal di wilayah wabah akan memperoleh pahala seperti pahalanya orang mati yang syahid (HR. Al-Bukhari).