Di tahun 1979, Iran mengalami revolusi besar. Sejak dimulainya revolusi islam Iran, terjadilah perselisihan diantara Amerika Serikat dan Iran. Revolusi ini menjatuhkan pemerintahan Shah Reza Pahlevi yang didukung oleh Amerika Serikat pada masa itu. Saat revolusi terjadi, terdapat bentrok unjuk rasa antara pendukung Ayatullah dengan tentara Syah Iran yang bersenjata senapan G3 buatan Belgia. Aksi ini terjadi dipusat kota dan menyebar di daerah-daerah terpencil.
Pemerintah Shah Reza terkenal dengan kekejaman dan kediktorannya. Oleh karena itu, rakyat menuntut Shah untuk turun dari kursi kekuasaannya dengan digantikan oleh pemerintah revolusi islam yang berlandaskan hukum islam. Langkah awal pemerintah revolusi yaitu dengan membebaskan para tahanan politik Shah. Munculnya ketegangan yang memicu konflik membuat pemerintah menangkap dan membunuh para mantan tahanan yang telah dibebaskan. Kematian para tahanan membuat rakyat kecewa sekaligus marah terhadap pemerintah. Tindakan pemerintah revolusi inilah yang membuat masyarakat melakukan demo. Namun, dalam demonstrasi tersebut pasukan pengawal pemerintah revolusi menyerang para demonstran.
Tak lama dari hal tersebut, Pesawat-pesawat tempur jenis F-14 berterbangan dilangit kota Isfahan hingga kota Teheran. Selain kerusakan infrastruktur, perang juga berdampak terhadap perkonomian iran, seperti kelangkaan bahan makanan dan bahan bakar minyak. Hal ini terjadi Karena Irak mengebom kilang minyak iran yang berada di Adaban. Dampak utamanya adalah banyak korban jiwa dari kalangan warga sipil maupun militer. Banyaknya tentara yang tewas dalam peperangan membuat iran kekurangan pasukan militer. Sehingga, pemerintah mengambil langkah dengan merekrut anak laki-laki dengan usia diatas 13 tahun untuk dijadikan relawan perang. Perang teluk Persia ini berlangsung selama bertahun-tahun yang membuat keadaan Iran semakin memburuk dan korban perang semakin banyak yang berjatuhan.
Serikat di Teluk Persia menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Iran yang menurut AL dikira sebagai pesawat tempur jet, menewaskan semua 290 orang di dalamnya. Iran Air Airbus A300 terbang diatas Selat hormuz sementara kapal perang. Vincennes, sebuah kapal penjelajah rudal seberat 9.600 ton, sedang dilibatkan oleh kapal-kapal perang Iran. Personil Amerika, yang mengikuti pembacaan radar, salah mengira mereka melihat pesawat tempur F-14 yang jadi musuh, dan menembak pesawat dengan rudal jenis surface-to-air missile.
Para pendukung Khomeini berhasil merebut seluruh kekuasaan Syah Iran dan berhasil melengserkan kekuasaan Syah Iran. Pada saat 11 Februari 1979, para pendukung Khomeini mengumumkan kemenangan sebuah revolusi dengan menjadikan Ayatullah Ali Khomeini sebagai pemimpin Iran baru.
Perang teluk antara Iran dengan Irak terjadi pada tahun 1980-1989. Pada tahun 1980-an Irak mencoba melakukan penyerbuan terhadap Iran yang saat itu masih memperbaiki dan menata ulang pemerintahan hingga merevolusi sistem pemerintahannya. Kebijakan luar negeri pada masa Imam Khomeini sebagian besar dialihkan ke hal tersebut. Iran dan Irak kedunya memiliki hubungan yang sangat kelam dalam sejarah karena Iran mendukung gerakan separatis dan di Irak terdapat para penganut mazhab syiah mendapatkan tindakan kekerasan dan adanya ketidakadilan terhadap mereka. Alasan kedua Irak membenci Iran ialah kaena Suku kurdi yang sebagian besar menganut mazhab Sunni tidak mendapatkan hak-hak politiknya. Karena hal itulah Saddam Hoesein memanfaatkan keadaan Iran yang berada dalam situasi genting untuk menginvasi Iran dengan bantuan dukungan barat.
Pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi, rezim berhasil membuat negara Iran terkenal dan ditakuti oleh seluruh dunia karena menjadi salah satu negara yang mempunyai pasukan militer terkuat didunia. Setelah lengsernya Shah Pahlevi, Imam Khomeini merombak semua sistem pemerintahannya dengan tetap mempertahankan pasukan militer murni lalu ditambah dengan pasukan Bisiji. Setelah bubarnya pasukan militer Reza Pahlevi, muncullah ambisi dari Saddam Hoesein untuk menjadikan Irak negara terkuat di timur tengah dengan menyerang Iran dan melakukan perluasan wilayah kekuasaan dengan menaklukkan wilayah yang menjadi perbatasan antara Irak dan Iran. Dengan diiringi oleh ambisi menaklukkan Iran, Saddam Hoesein berencana akan meluncurkan serangan skala besar dan mengimpikan dapat segera menduduki ibukota Iran dalam waktu 3 hari.
Luncuran serangan tentara Irak mulai menyerbu negara Iran tapatnya di Khuzestan pada tanggal 22 September 1980. Serangan dadakan Irak tersebut sontak berhasil membuat Iran terkejut. Serangan yang dilakukan oleh Saddam Hoesein berhasil berhasil menduduki beberapa kota di Iran. Akan tetapi, hal tersebut belum cukup untuk menjatuhkan Iran secara menyeluruh. Pada tahun 1981, Imam Khomeini mulai berusaha menata ulang dan memperkuat pasukan militer murni ditambah dengan pasukan basiji yang di didik oleh pasukan garda revolusi yang loyal dan setia mendukung dan mempertahankan revolusi Iran. Hingga akhirnya tahun 1982, Iran berhasil memukul mundur pasukan tentara Irak yang dipimpin oleh Saddam itu kembali ke wilayah asal mereka.
Tak lama setelah itu Imam Khomeini melakukan serangan balas dendam terhadap Irak dengan membangkitkan persatuan dari sesama penganut mazhab Syiah yang berada di Irak. Perang teluk berakhir pada tahun 1988 dengan menandatangani perjanjian gencatan senjata dari kedua belah pihak melalui perantara PBB. Pada saat Irak menggunakan senjata kimia didalam perang teluk ini, puluhan ribu korban berjatuhan dari warga sipil dan juga militer. Irak didukang dan dibantu oleh Mesir, Uni Soviet, negara NATO, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Bazil, Jerman, dan negara China yang turut berperan menjual senjata kepada Iran.
DAFTAR PUSAKA
Rais, M. (2018). "Sejarah Perkembangan Islam di Iran". Jurnal Studi Islam Tasamuh. Vol.10, No.2